Musim panas di India berlangsung dari bulan April hingga Juni. Namun, suhu rata-rata telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Seluruh Asia Selatan dianggap sangat rentan terhadap dampak krisis iklim.
Pada bulan April yang lalu di India, setidaknya 13 orang meninggal dan 12 orang harus dirawat di rumah sakit akibat terpapar suhu ekstrem. Penelitian oleh sekelompok pakar meteorologi juga mencatat bahwa gelombang panas telah menyebabkan lebih dari 17.000 kematian dalam 50 tahun terakhir.
Baca Juga:
Miliki 40% dari Potensi Energi Angin Nasional, ALPERKLINAS Apresiasi Rencana Investor Asal Vietnam, Vinfast Bangun Listrik Tenaga Bayu di Indonesia Timur: Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara
Ekstremnya gelombang panas ini meningkatkan permintaan batu bara untuk pembangkit listrik di India.
Gelombang panas juga membuat Bangladesh menutup aktivitas sekolah dasar dan memicu seringnya terjadi pemadaman listrik. Keadaan ini memperburuk kondisi penduduk yang tidak dapat menyalakan kipas angin untuk mendinginkan diri karena petugas cuaca memperingatkan bantuan tidak akan segera terjadi.
Bangladesh menghadapi pemadaman listrik, hal ini disebabkan karena kekurangan bahan bakar memicu penghentian beberapa unit pembangkit listrik, termasuk pembangkit listrik tenaga batu bara terbesarnya.
Baca Juga:
Jakarta dan Medan Terperosok dalam Smart City Index 2025, Kalah dari Ho Chi Minh
Pemerintah Bangladesh telah memutuskan untuk menghentikan pengoperasian pembangkit listrik tenaga batu bara mulai Selasa (6/6/2023) karena terbatasnya bahan bakar selama beberapa hari ke depan sehingga semakin memperburuk keadaan.
Hal ini lah yang memicu Bangladesh untuk menigkatkan impor batu bara sejak gelombang panas mengintai.
Permintaan batu bara juga diprediksi meningkat dari Vietnam. Gelombang panas yang menerjang membuat Vietnam cukup khawatir dengan lonjakan permintaan pasokan listrik.