Terobosan lainnya adalah dalam hal lingkungan. Jauh sebelum isu Lingkungan (Environmental), Sosial (Social) dan Tata Kelola (Governance) mengemuka seperti saat ini, Unilever sudah menerapkannya.
Merujuk laporan keberlanjutanya pada 2023, Unilever mengumumkan keberhasilannya mengumpulkan dan memproses 56.159 ton sampah plastik. Jumlah tersebut lebih banyak dari plastik yang mereka gunakan untuk menjual produknya.
Baca Juga:
Perang Dagang AS-China Berlanjut, Indonesia Diuntungkan oleh Relokasi Bisnis
Unilever juga memahami sepenuhnya pentingnya air untuk kehidupan. Perusahaan berhasil membantu mengelola 952.000 liter air hujan, yang kemudian digunakan untuk mencuci piring, menyiram tanaman, dan berbagai kegiatan di Pondok Pesantren AlBinaa.
4. Kimia Farma (1817)
Baca Juga:
Indonesia Salip Israel dalam Peringkat Militer Dunia, Begini Perbandingannya
Sejarah mencatat Kimia Farma menjadi perusahaan farmasi pertama di Indonesia. Situs resmi menyebutnya berdiri pada 1817 dengan nama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Kendati demikian, CNBC Indonesia baru mendeteksi keberadaan Kimia Farma pada 1866 berdasarkan koran Java Bode (12 Januari 1866).
NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co dibentuk pemerintah Hindia Belanda untuk memenuhi obat-obatan modern, khususnya obat menangkal penyakit tropis. Dari sini, apotek berkembang menjadi 'raja' di Indonesia dan berungkali mengalami transformasi signifikan.
Pada 1958, misalnya, NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co mengalami nasionalisasi menjadi Kimia Farma. Lalu, pada 2001 berubah menjadi perusahaan publik. Kini, Kimia Farma terus berkembang, dengan fokus pada diversifikasi produk dan layanan, serta memperluas jaringan apotek di seluruh Indonesia.