"Namun, negara tersebut tampaknya tidak akan mampu mengatasi kejutan pasokan karena mengalami kekurangan tenaga kerja," katanya.
ASEAN Briefing menyebut pertumbuhan produksi Malaysia merosot ke level terendah 5 tahun tahun terakhir karena perusahaan minyak sawit kesulitan untuk menemukan pekerja asing, pekerjaan yang ogah dilakukan oleh rakyat Malaysia sendiri. Sekitar 80 persen pekerja perkebunan di Malaysia adalah orang asing dan mayoritas berasal dari Indonesia.
Baca Juga:
Diperiksa Kejagung soal Ekspor CPO, Airlangga Dicecar 46 Pertanyaan
Lonjakan harga dadakan diproyeksikan masih akan menghantui industri minyak sawit Indonesia, kecuali jika reformasi nyata dilakukan pemerintah.
"Masalah utamanya ialah hampir setengah dari pasar domestik minyak goreng dikendalikan oleh empat konglomerat, yang juga memiliki bisnis di seluruh rantai pasokan dari kilang minyak goreng hingga pabrik pengolahan," terang dia.
Dengan besarnya pengaruh segelintir pemain, maka mereka bisa mendikte harga pasar. Dalam rilis tersebut, ASEAN Briefing menilai peternakan, petani kecil, dan koperasi perlu diintegrasikan dengan lebih baik ke dalam industri melalui pengembangan kilang yang lebih kecil dan skala besar khususnya di luar Jawa.
Baca Juga:
Saat Menjadi Saksi, Pejabat Bea Cukai Ini Beberkan Soal Realisasi Kuota Ekspor CPO Migor
"Hal ini dapat memastikan petani kecil memiliki suara yang sama dalam menentukan harga dan tidak didominasi oleh perusahaan besar," tandasnya. [rsy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.