WahanaNews.co | Dalam momentum World Consumer Right Day (WCRD), atau Hari Hak Konsumen Sedunia yang jatuh pada 15 Maret 2023, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengajak konsumen Indonesia untuk hemat energi.
Hal ini mengacu pada tema WCRD 2023, yakni "Green Energy Transition". WCRD ini diperingati di seluruh dunia, dan dimotori oleh Consumer Internasional (CI).
Baca Juga:
Serangan Siber Intai Konsumen, 100 Ribu Data Pelanggan E-Commerce Jepang Dicuri
Bagaimana kita menyikapi dan membumikan tema WCRD 2023 dalam konteks kehidupan sehari-hari sebagai konsumen?
Malansir Kompas.com Kamis (16/3/2023), berikut adalah poin penting menurut Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi.
Pertama, agar konsumen lebih efisien dalam menggunakan produk produk energi, seperti BBM, listrik dan gas.
Baca Juga:
BPSK Sumedang Terima 30 Pengaduan Konsumen, Kasus Leasing Mendominasi
"Sebab, sumber sumber energi yang kita gunakan untuk keperluan sehari hari masih dominan menggunakan energi fosil, yang masih tinggi menghasilkan emisi karbon," kata Tulus melalui keterangannya, Rabu (15/1/2023).
Kedua, agar konsumen lebih intensif dalam menggunakan energi bersih (clean snergy), seperti gas, atau BBM yang tinggi oktan numbernya, atau BBM RON 92 ke atas.
"Energi bersih, walaupun masih berupa energi fosil, tetapi lebih rendah menghasilkan emisi karbon, bahkan sebenarnya lebih hemat bagi konsumen," lanjut Tulus.
Ketiga, agar konsumen lebih intensif menggunakan transportasi umum masal dalam bermobilitas, sebab dengan menggunakan angkutan umum masal berarti mereduksi polusi dari gas karbon. Kemudian sebaliknya, ketika menggunakan kendaraan pribadi, berarti banyak menghasilkan dan memproduksi emisi karbon bagi lingkungan.
Regulasi transisi energi
Menurut Tulus, guna mewujudkan "green energy transision" diperlukan regulasi dan kebijakan yang fair. Seperti tarif yang terjangkau bagi konsumen, keandalan pelayanan yang terjaga, dan menjaga keberlangsungan operator energi nasional.
Menurut dia, memang upaya mewujudkan kebijakan green energy, harus melalui transisi dengan menggunakan energi bersih, sampai benar benar terwujud energi baru terbarukan di berbagai sektor baik di sektor migas, dan atau sektor ketenagalistrikan.
Kebijakan sektor transportasi pun, lanjut Tulus, harus sejalan dengan kebijakan energi.
"Penggunaan clean energy dan green energy adalah femomena yang tak terelakkan, dalam rangka memerangi perubahan iklim dan krisis iklim yang makin mengkhawatirkan," katanya.
"Peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal ini, dan patut diberikan akses kebijakan dan regulasi yang win win solution."
Pendanaan transisi energi
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebutkan, untuk mencapai target mengurangi emisi yang cukup ambisius dibutuhkan kemampuan pendanaan yang besar.
Indonesia telah menetapkan peta jalan secara detil yang membutuhkan investasi senilai 2,5 triliun dollar AS, di mana lebih dari separuhnya akan diserap oleh sektor energi.
“Di sini kita memerlukan bantuan dan dukungan dari organisasi keuangan untuk menciptakan keseimbangan global melalui mobilisasi pendanaan dengan mekanisme yang sederhana dan lebih mudah dipahami, sehingga bisa diakses dan terjangkau untuk semua," ujar Arifin
“Sampai 2030 rencana investasi transisi energi adalah 125,9 miliar dollar AS, ada penambahan investasi 68 miliar dollar AS di 2025. Bisa dibayangkan atau tidak, berapa banyak uang yang kami perlukan untuk mencapai Net Zero Emission secara global?," papar Arifin.
Untuk itu, pemerintah mengundang investor untuk mendukung upaya Indonesia menjalankan transisi energi dan Net Zero Emission, juga membuka peluang kolaborasi dengan negara mitra maupun organisasi internasional. [afs/eta]