Kerja sama ini akan mengadopsi teknologi terbaru pembangunan lini produksi nikel yang berkomitmen pada pengurangan karbon dan green development.
Lini produksi pertambangan dan peleburan direncanakan untuk mencapai kapasitas tahunan total 80.000 ton nikel dalam matte, yang akan menghasilkan bahan baku baterai untuk energi baru atau kendaraan listrik.
Baca Juga:
Elon Musk Dinobatkan sebagai CEO dengan Gaji Tertinggi Sepanjang Sejarah
Sebelumnya Zhejiang Huayou Cobalt dan CNGR Advanced Material awal bulan ini menandatangani perjanjian harga dengan Tesla untuk mengamankan pasokan hingga 2025, menurut pernyataan bursa saham terpisah dari perusahaan.
Kesepakatan tersebut adalah untuk bahan ternary precursor -- bahanl kimia yang merupakan kunci untuk menyimpan energi dalam baterai lithium-ion.
Kontrak Tesla dengan Zhejiang Huayou dimulai dari Juli 2022 hingga Desember 2025, di mana penambang kobalt tersebut mengatakan harga produk akan dikenakan harga pasar untuk nikel, kobalt dan mangan, serta biaya pemurnian. Sedangkan CNGR Advanced Material akan berlangsung pada 2023 hingga 2025.
Baca Juga:
Investor Tesla Setujui Paket Gaji CEO Elon Musk Senilai Rp917 Triliun
Baik Huayou dan CNGR termasuk di antara daftar pemasok langsung yang disebutkan oleh Tesla dalam laporan dampak tahunan (annual impact report) 2021.
Pengumuman kontrak Tesla datang ketika sejumlah pembuat mobil besar berusaha untuk mengamankan pasokan nikel untuk baterai demi menghadapi potensi pengetatan pasokan yang membayangi.
Sebelum Tesla, pabrikan mobil AS Ford Motor telah mengambil langkah serupa dan mengungkapkan daftar partner untuk mengamankan pasokan bahan baku logam, termasuk lithium dari Argentina dan nikel dari Indonesia.