WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dalam sejarah penerbangan sipil, ada satu tragedi yang hingga kini masih menimbulkan luka dan kontroversi mendalam antara dua negara besar.
Tragedi ini bukan semata kecelakaan teknis, melainkan buah dari ketegangan militer, kesalahan identifikasi, dan keputusan yang dipertanyakan.
Baca Juga:
Dikira Direkam, Dokter di Medan Ngamuk dan Aniaya Rekan Sejawatnya
Pada 3 Juli 1988, dunia dikejutkan oleh penembakan sebuah pesawat penumpang Iran oleh kapal perang Amerika Serikat.
Pesawat komersial Iran Air 655 ditembak jatuh oleh kapal penjelajah Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Vincennes, yang saat itu beroperasi di wilayah Teluk Persia.
Insiden mengerikan ini terjadi saat pesawat sedang terbang di atas Selat Hormuz, wilayah perairan yang menjadi batas antara Iran dan Oman.
Baca Juga:
Pakai Produk China, Busana Jubir Gedung Putih Karoline Leavitt Jadi Sorotan
Iran Air 655 saat itu tengah menjalani penerbangan komersial dari Teheran menuju Dubai.
Namun tragisnya, pesawat itu disalahartikan sebagai pesawat tempur musuh oleh USS Vincennes yang tengah dalam operasi militer.
Ketika rudal dilepaskan ke udara, nasib 290 jiwa di dalam pesawat telah ditentukan—semuanya dinyatakan tewas, termasuk awak kabin.
Bagaimana insiden ini bisa terjadi, dan mengapa sebuah pesawat sipil bisa menjadi sasaran rudal?
Kronologi Kejadian
Iran Air 655 memulai penerbangan dari Bandara Internasional Mehrabad, Teheran, dengan rute menuju Dubai dan transit di Bandar Abbas, Iran.
Pesawat tiba di Bandar Abbas sekitar pukul 08.40 waktu setempat, lalu lepas landas kembali pada pukul 10.17.
Dikendalikan oleh otoritas lalu lintas udara sipil, pesawat diberi izin untuk menempuh jalur udara A59 dengan ketinggian jelajah 14.000 kaki.
Jalur ini merupakan koridor sipil selebar 20 mil (32 km) yang umum digunakan oleh penerbangan komersial.
Namun, hanya tujuh menit setelah tinggal landas dari Bandar Abbas, tepat pada pukul 10.24, pesawat tersebut telah mencapai ketinggian 12.000 kaki ketika dihantam oleh rudal yang diluncurkan dari USS Vincennes.
Dua rudal ditembakkan, salah satunya mengenai pesawat hingga meledak di udara dan serpihannya jatuh ke laut.
Penyebab Kekeliruan Identifikasi
Saat kejadian, Iran dan Irak tengah berperang dalam konflik berkepanjangan yang mempengaruhi jalur pelayaran di Teluk Persia.
Amerika Serikat, yang mengerahkan kapal-kapal perangnya di kawasan itu untuk melindungi jalur minyak, mengizinkan kapal-kapalnya untuk mengambil tindakan sendiri dalam menghadapi potensi ancaman.
USS Vincennes, yang dikomandoi oleh Kapten William C. Rogers III, hari itu terlibat dalam kontak bersenjata dengan kapal-kapal Iran.
Rogers dikenal dengan pendekatan agresifnya, bahkan disebut-sebut mengabaikan perintah untuk mengubah haluan dan malah terus mengejar kapal musuh.
Ketika radar kapal mendeteksi keberadaan Iran Air 655 yang lepas landas dari Bandar Abbas—bandara yang digunakan baik untuk kepentingan sipil maupun militer—timbul kebingungan mengenai jenis pesawat tersebut. Akhirnya, kru di USS Vincennes menyimpulkan bahwa pesawat itu adalah jet tempur F-14 milik Iran.
Setelah tidak menerima respons atas beberapa peringatan yang dikirim melalui saluran militer, USS Vincennes mengambil keputusan fatal: menembakkan dua rudal yang berujung pada kehancuran pesawat komersial itu di udara.
Investigasi dan Temuan AS
Segera setelah kejadian, pemerintah Amerika menyampaikan bahwa pesawat Iran turun secara cepat dan tidak mengikuti rute komersial.
Namun, laporan investigasi Angkatan Laut AS yang dirilis pada 28 Juli 1988, dan kemudian direvisi pada 19 Agustus 1988, menentang klaim awal tersebut.
Laporan itu menunjukkan bahwa Iran Air 655 justru berada dalam jalur udara yang sah dan telah menaikkan ketinggian sebagaimana diinstruksikan. Kecepatan pesawat juga ternyata jauh lebih lambat daripada apa yang dilaporkan oleh USS Vincennes.
Isu komunikasi pun menjadi sorotan. Pihak AS menyatakan bahwa Iran Air 655 tidak menjawab peringatan radio, namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa pilot kemungkinan besar hanya memantau frekuensi sipil dan bukan saluran marabahaya militer.
Kesimpulan resmi dari pihak AS menyebutkan bahwa insiden tersebut merupakan “kecelakaan tragis yang patut disesalkan.” Namun, dalam pernyataan lanjutan, mereka tetap menuding bahwa agresi Iran menjadi pemicu utama.
Ironisnya, pada tahun 1990, Kapten William C. Rogers III justru menerima penghargaan Legion of Merit atas pengabdiannya selama operasi di Teluk Persia, termasuk saat insiden tersebut terjadi.
Respons dari Iran
Pemerintah Iran secara tegas mengecam tindakan Amerika Serikat dan menyatakan bahwa USS Vincennes tidak memiliki dasar hukum untuk menembak pesawat apapun yang melintas di wilayah udaranya, apalagi pesawat komersial.
Iran menyebut serangan tersebut sebagai tindakan yang disengaja, melanggar hukum internasional, dan menyebut kelalaian tersebut sebagai kejahatan.
Mereka menolak mentah-mentah narasi kesalahan identifikasi yang disampaikan oleh pihak AS.
Meski pemerintah AS tidak pernah menyampaikan permintaan maaf secara resmi, mereka akhirnya memberikan kompensasi sebesar 61,8 juta dolar AS kepada keluarga para korban.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]