Namun, dengan catatan performa THAAD yang belum meyakinkan di lapangan, muncul kekhawatiran bahwa Arab Saudi mungkin telah menaruh harapan terlalu tinggi pada sistem pertahanan yang belum teruji maksimal di kondisi perang sesungguhnya.
“THAAD bukan jaminan mutlak terhadap semua jenis serangan. Sistem ini bukan payung yang bisa menangkis segala ancaman,” tambah Gabel.
Baca Juga:
Israel Keteteran, Rudal Iran Diprediksi Bakal 'Robek' Iron Dome di Hari ke-18
Kondisi ini menimbulkan satu pertanyaan strategis: apakah Arab Saudi membeli solusi nyata atau sekadar simbol aliansi militer dengan Amerika Serikat?
Di tengah lanskap keamanan yang terus berubah di Timur Tengah, Riyadh dituntut tidak hanya membeli sistem canggih, tetapi juga membangun postur pertahanan menyeluruh yang bisa merespons berbagai jenis ancaman dengan cepat, tepat, dan terintegrasi.
Di saat yang sama, Iran terus memperkuat kapabilitas rudal dan UAV-nya. Jika THAAD kewalahan sejak awal, maka Saudi harus segera memikirkan rencana B, mulai dari integrasi sistem pertahanan lokal, peningkatan kemampuan radar, hingga kerja sama pertahanan kawasan yang lebih kuat.
Baca Juga:
Serangan Menggila, Bom Israel Hantam Kantor TV Iran Saat Siaran Langsung
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.