WahanaNews.co | People's Bank of China (PoB) atau bank sentral China memastikan bahwa risiko gagal bayar utang obligasi dari raksasa properti Evergrande saat ini dalam posisi bisa dikendalikan.
Pernyataan ini menjawab kekhawatiran investor dan banyak kalangan karena Evergrande tengah berjuang dalam lilitan utang US$300 miliar yang berpotensi mengganggu ekonomi China.
Baca Juga:
Babel Bakal Bangun Mall Pelayanan Publik Digital Sentral
"Otoritas tengah menekan risiko dan mencari resolusi yang sesuai dengan aturan hukum dan marketisasi," ungkap pejabat bank sentral China Zou Lan kepada Xinhua, seperti dilansir AFP, Jumat (15/10).
Menurut Zou, pengelolaan Evergrande Group buruk dan tidak hati-hati dalam beroperasi di tengah dinamika pasar yang terjadi.
"Sebaliknya, Evergrande beroperasi dengan membabi buta dan mengakibatkan kinerja keuangannya menurun dan akhirnya ledakan risiko," kata Zou.
Baca Juga:
Pendiri Evergrande Kehilangan Harta Sebesar Rp.603,5 Triliun
Pun begitu, Zou meyakinkan bahwa di bawah pemerintahan, risiko Evergrande terkendali. Otoritas akan ikut membantu memastikan dimulainya kembali proyek-proyek properti Evergrande.
Diketahui, Evergrande menderita krisis keuangan di tengah setumpuk utang jatuh tempo. Properti kakap di China itu dilaporkan melewatkan tiga kali utang obligasi jatuh temponya senilai US$150 juta sampai awal pekan ini.
Unit Evergrande yang terdaftar di Shenzhen, Hengda Real Estate, gagal membayarkan utang obligasi jatuh tempo senilai 121,8 juta yuan. Belum lagi, utang lain yang jatuh pada 30 Oktober nanti yang sebesar US$14,25 juta.
Kekhawatiran atas sektor properti China meningkat tajam setelah pengembang lainnya, yakni Fantasia Holdings, juga bernasib sama. Perusahaan ini juga gagal membayar utang jatuh temponya. Pengembang lainnya, Sinic juga kemungkinan membuntuti Evergrande dan Fantasia. [rin]