Menurut Haider, Angkatan Udara Pakistan telah satu dekade berupaya mengintegrasikan pesawat nirawak dalam operasi militer, termasuk pengembangan konsep “loyal wingman”, drone yang mendampingi dan berkoordinasi dengan pesawat berawak dalam pertempuran.
“Bantuan teknis Israel terhadap India dengan Harop dan Heron sangat signifikan, sementara Pakistan lebih banyak mengandalkan teknologi China dan Turki,” tambah Profesor Matisek.
Baca Juga:
Perang Dunia Semakin Nyata, ALPERKLINAS Himbau Pemerintah dan PLN Antisipasi Serangan Siber Terhadap Sistem Kelistrikan Tanah Air
“Inilah yang mendorong perlombaan senjata tanpa awak di Asia Selatan.”
Meski konflik drone India-Pakistan mencerminkan perkembangan militer signifikan, para ahli menyebut skala perangnya masih terbatas, tidak seperti intensitas tinggi dalam perang Ukraina-Rusia yang melibatkan ribuan drone.
Manoj Joshi, analis pertahanan India, menegaskan, “Menggunakan drone bukannya jet tempur atau rudal berat adalah opsi eskalasi rendah. Tapi jika ini hanya awal dari perang udara besar, semua kalkulasi akan berubah.”
Baca Juga:
Konflik India-Pakistan Capai Titik Kritis, Biaya Perang Tembus 500 Miliar Dolar
Haider menambahkan bahwa insiden di Jammu tampaknya adalah respons taktis Pakistan terhadap provokasi India, bukan pembalasan penuh.
“Jika Pakistan sungguh membalas, dampaknya akan besar, melibatkan banyak senjata dan target beragam,” ujarnya.
Para pengamat memperingatkan bahwa meskipun saat ini perang drone di kawasan tampak simbolis, bahaya eskalasi penuh tetap mengintai.