4. Membahas "rumah tangga generasi kedua", sebuah istilah yang biasanya menggambarkan orang-orang yang menikmati kekayaan karena orang tuanya kaya.
5. Memfilmkan anak di bawah umur yang menggunakan barang mewah untuk mencari engagement dan sensasi.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
6. Menampilkan konten yang menekankan diskriminasi kelas, yang disebut oleh Weibo sebagai tindakan yang "melebih-lebihkan dan membesar-besarkan perjuangan kelas bawah untuk bertahan hidup."
Xu Qiuying, editor surat kabar pemerintah Beijing News, menulis dalam komentarnya bahwa beberapa influencer yang terkena larangan tersebut telah menjadi sasaran karena menggunakan tampilan kekayaan sebagai taktik pemasaran.
“Jika orang kaya hanya berbagi kehidupan nyata mereka, dan kekayaan mereka berasal dari sumber yang sah, dan mereka hanya memamerkan kekayaan mereka untuk memuaskan kesombongan pribadi mereka, maka tidak ada yang salah dengan hal itu,” tulis Xu.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Xu mengklaim bahwa influencer yang dilarang tersebut meningkatkan ketenaran mereka dengan "memamerkan kekayaan" dan, pada gilirannya, menjadi kaya dengan menjual produk melalui siaran streaming.
"Orang 'kaya' memamerkan kekayaannya untuk menjadi kaya," tulis Xu.
Dilansir dari NBC News, salah satu influencer yang konten flexingnya dihapus adalah Wang Hongquanxing.