Chengdu J-10CE sendiri bukan pesawat tempur sembarangan.
Jet ini adalah versi ekspor dari J-10C, tulang punggung kekuatan udara Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLAAF).
Baca Juga:
Status Kaldera Jangan Sampai Dicabut dari Kawasan Otorita Danau Toba, MARTABAT Prabowo-Gibran Desak Pemerintah Pusat dan Pemprov Sumut Segera Penuhi Peringatan Keras UNESCO
Dikenal sebagai pesawat generasi 4,5, J-10CE dirancang untuk menjadi penantang tangguh jet-jet tempur Barat seperti F-16 dan Saab Gripen.
Dengan desain aerodinamis sayap delta dan kanard, J-10CE memiliki kelincahan yang luar biasa dalam duel udara.
Ia mampu melesat hingga Mach 1,8 berkat mesin turbofan WS-10B buatan dalam negeri, atau opsi AL-31FN dari Rusia.
Baca Juga:
Covid-19 Naik Tajam di Thailand, Kemenkes Ingatkan WNI Jangan Lengah
Strukturnya dilapisi material komposit ringan yang tak hanya menurunkan bobot tetapi juga menyulitkan deteksi radar, memberi keunggulan semi-siluman yang tak dimiliki banyak jet sekelasnya.
Namun daya gempur sejatinya terletak pada jantung digitalnya: radar AESA mutakhir yang diduga varian dari KLJ-10.
Radar ini sanggup mendeteksi dan melacak beberapa target sekaligus hingga jarak 170 km. Ditambah sensor inframerah IRST, J-10CE bisa berburu target dalam mode senyap, tanpa perlu memancarkan sinyal radar.