WahanaNews.co | Anggota parlemen Amerika Serikat (AS) yang menyelidiki penyerbuan Gedung Capitol tahun 2021 lalu memanggil mantan Presiden Donald Trump untuk memberikan keterangan soal dugaan keterlibatannya dalam tindak kekerasan itu.
Seperti dilansir detikcom dari AFP dan Reuters, Sabtu (22/10/2022), Trump diperintahkan untuk memberikan keterangan di bawah sumpah dan menyerahkan sejumlah dokumen kepada Komisi DPR AS yang menyelidiki penyerbuan Gedung Capitol pada 6 Januari 2021 oleh para pendukungnya.
Baca Juga:
Donald Trump Mulai Umumkan Nominasi Anggota Kabinet, Ini Daftarnya
Pemanggilan terhadap Trump itu dilakukan setelah panel Komisi DPR AS yang terdiri atas tujuh anggota parlemen Partai Demokrat dan dua anggota parlemen Partai Republik secara bulat mendukung, dalam voting pekan lalu, untuk memaksa kehadiran Trump di hadapan penyelidik parlemen.
Komisi DPR AS menyatakan telah mengirimkan surat panggilan untuk dimintai keterangan (subpoena) yang mewajibkan Trump menyerahkan dokumen-dokumen kepada panel paling lambat 4 November dan untuk hadir langsung memberikan deposition testimony yang dimulai pada atau sekitar 14 November mendatang.
Deposition testimony atau keterangan di bawah sumpah seringkali merujuk pada sesi tanya-jawab yang digelar secara tertutup dan direkam kamera. Keterangan semacam itu bisa diungkap ke publik nantinya dan menjadi bagian dari laporan akhir panel khusus Komisi DPR AS.
Baca Juga:
Prabowo Dukung Solusi Dua Negara untuk Selesaikan Konflik Palestina
"Seperti yang ditunjukkan dalam audiensi kami, kami telah mengumpulkan banyak bukti-bukti, termasuk dari lusinan mantan pejabat dan staf Anda, bahwa Anda secara pribadi mengatur dan mengawasi upaya banyak tahap untuk membalikkan pemilihan presiden 2020 dan menghalangi transisi kekuasaan yang damai," tulis Komisi DPR AS dalam surat pemanggilan kepada Trump.
Trump yang menyerukan para pendukungnya untuk 'berjuang seperti di neraka' dalam pidato berapi-api di dekat Gedung Putih pada 6 Januari 2021, dimakzulkan karena menghasut massa untuk menyerbu Gedung Kongres pada hari yang sama demi mencegah transisi kekuasaan secara damai kepada Joe Biden.
Surat pemanggilan itu menuduh Trump berupaya membalikkan hasil pilpres meskipun mengetahui klaim-klaim adanya kecurangan telah ditolak oleh lebih dari 60 pengadilan AS dan dibantah oleh para staf kampanye juga penasihat seniornya sendiri.