WAHANANEWS.CO, Jakarta - Iran pernah menjadi salah satu pembeli terbesar jet tempur Amerika Serikat ketika masih berada di bawah pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi, sebelum Revolusi 1979 mengubah segalanya.
Karena kedekatan politik saat itu, Iran bisa memborong ratusan jet tempur dari Negeri Paman Sam dengan mudah.
Baca Juga:
Teror Drone Kamikaze Guncang Pangkalan Irak, Siapa Dalangnya?
Secara total, Iran membeli 352 unit pesawat, terdiri dari 104 F-5A kursi tunggal, 23 F-5B kursi ganda, 166 F-5E/F, 26 F-5F, dan 15 RF-5A.
Selain itu, Iran juga sempat mengoperasikan F-4 Phantom serta F-14 Tomcat, hingga akhirnya hubungan dengan AS terputus setelah Revolusi Iran pada 1979.
Kondisi tersebut membuat Iran kehilangan akses suku cadang dan dukungan teknis, memaksa Angkatan Udara Iran mencari jalan keluar demi menjaga armada tetap terbang, sebagaimana dilaporkan National Security Journal pada Jumat (22/8/2025).
Baca Juga:
Ketegangan AS-Iran Kembali Membara Lewat 'Mulut Pedas' Trump
Insinyur dan teknisi Iran kemudian mengandalkan pengetahuan lama serta melakukan reverse engineering, yaitu membongkar teknologi untuk dipelajari dan dikembangkan ulang.
Salah satu hasil upaya itu adalah jet tempur Saeqeh, modifikasi dari F-5 yang diproduksi Iran Aircraft Manufacturing Industrial Company (HESA).
Pesawat ini pertama kali terbang pada 2004, kemudian tiga versinya dipamerkan ke publik pada 23 September 2007 dengan dihadiri langsung Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Varian yang ditampilkan saat itu diberi nama Saeqeh, Azarakhsh, dan Tazarv.
Lebih dari satu dekade kemudian, seorang insinyur senior yang terlibat dalam program menjelaskan bahwa mereka memahami aerodinamika dan struktur pesawat sehingga mampu membuat sendiri komponen modifikasi F-5.
Ia mengatakan struktur F-5 tidak terlalu rumit karena minim penggunaan material komposit, sehingga tantangan terbesar justru ada pada sistem avionik.
Menurutnya, mesin tidak menjadi kendala karena Iran memiliki banyak stok mesin J-85 dari F-5, sementara suku cadang juga bisa diperoleh dari berbagai sumber lain di dunia.
Namun, avionik memerlukan kreativitas lebih lanjut, sehingga Iran membeli komponen dari Rusia jika tak bisa lagi mendapatkan dari Amerika atau sekutunya.
Hal itu dimungkinkan karena Rusia sebelumnya telah mempelajari sistem F-5 yang ditinggalkan di Vietnam, sehingga memudahkan Iran memperoleh analog teknologinya.
Hasilnya, jet tempur buatan Iran menjadi kombinasi sistem Amerika dan Rusia, bahkan sempat menghasilkan program bersama seperti Shafaq, meski hanya berhenti di tahap prototipe.
Perubahan paling menonjol dari rancangan F-5 adalah modifikasi ekor tunggal menjadi ekor ganda, yang menjadi ciri khas Saeqeh dan varian berikutnya, termasuk Shafaq.
Salah satu perancang menjelaskan desain itu bukan hanya untuk performa pada sudut serang tinggi, tetapi juga meningkatkan stabilitas pada berbagai rezim penerbangan.
Pendekatan ini sejalan dengan tradisi desain Rusia, seperti pada Su-30SM dan Su-35 yang menonjolkan kemampuan manuver.
Meski begitu, para insinyur Iran sering membandingkan Saeqeh dengan McDonnell-Douglas F/A-18C/D, bukan dengan pesawat Rusia, karena sama-sama menggunakan konfigurasi ekor ganda.
Hal ini memperlihatkan bahwa preferensi terhadap desain Amerika masih bertahan, meski hubungan politik kedua negara sudah lama memburuk.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]