Bundesbank juga memperingatkan bahwa kebutuhan untuk menemukan sumber energi pengganti akan mendorong laju inflasi. Kenaikan harga akan bertambah lebih dari 1,5% secara persentase poin untuk indeks harga konsumen (IHK) tahun ini dan lebih dari 2% untuk tahun depan.
Bukan hanya Jerman yang "teriak". Eropa pun demikian.
Baca Juga:
YouTube Dilarang untuk Anak Usia di Bawah 16 Tahun, Pemerintah Australia Tegas Lindungi Generasi Muda
Minggu lalu, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) juga turut memperingatkan bahwa perang di Ukraina akan menyeret turun ekonomi zona euro. IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi 2,8% dari diprediksi pada Januari sebesar 3,9%.
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet L. Yellen juga menilai bahwa larangan impor gas Rusia dapat memiliki efek "berlawanan" dan merugikan benua itu lebih parah dari Rusia. Terutama karena harga bahan bakar global meroket.
"Eropa jelas perlu mengurangi ketergantungannya pada Rusia sehubungan dengan energi," kata Yellen kepada wartawan di Washington pada Kamis, dilansir The New York Times.
Baca Juga:
Tanggapi Tantangan B3 dan Keterbatasan Lithium, ITB Gandeng Australia Rancang Sistem Recycle Baterai
"Jadi memang kita harus berhati-hati saat memikirkan larangan (ekspor) Eropa sepenuhnya."
Pekan lalu, bank sentral Jerman memperingatkan bahwa penghentian tiba-tiba impor gas dari Rusia dapat menyebabkan jatuhnya output ekonomi Jerman. Ini juga menyebabkan melonjaknya inflasi.
The Deutsche Bundesbank memperingatkan akhir pekan lalu bahwa embargo gas alam Rusia dapat menyebabkan ekonomi Jerman turun 5% dari target yang diharapkan tahun ini. Hal tersebut berpotensi mendorong Jerman ke dalam resesi sembari ikut mendorong harga konsumen yang juga telah naik signifikan.