Beberapa negara menetapkan 2050 sebagai tenggat waktu untuk emisi nol, sementara China, Rusia, dan Arab Saudi menargetkan tahun 2060.
Masa depan batu bara, sumber utama emisi gas rumah kaca, menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk disepakati oleh G20.
Baca Juga:
Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia pada Pembangunan Berkelanjutan dan Transisi Energi
Para pemimpin negara-negara G20 sepakat tentang pentingnya mencapai strategi global vaksinasi Covid-19 yang telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pada KTT G20 di Roma, para pemimpin sepakat mengakhiri penyediaan keuangan publik internasional untuk pembangkit listrik tenaga batu bara baru di luar negeri pada akhir tahun 2021.
Hal itu juga mengacu pada dukungan keuangan untuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri, sesuatu yang telah ditinggalkan oleh negara-negara Barat, dan ekonomi utama Asia sekarang melakukan hal yang sama.
Baca Juga:
Prabowo Ungkap RI Pindahkan Ibu Kota Karena Naiknya Permukaan Laut Naik Tiap Tahun
Seperti diketahui, Presiden China Xi Jinping mengumumkan di Majelis Umum PBB bulan lalu, Beijing akan berhenti mendanai proyek-proyek semacam itu, dan Jepang dan Korea Selatan membuat komitmen serupa di awal tahun.
Kegagalan G20 untuk menetapkan target penghentian penggunaan batu bara domestik secara bertahap merupakan pukulan bagi Inggris, yang berharap akan ada kemajuan dalam masalah ini di COP26.
Juru bicara Perdana Menteri Boris Johnson, Max Blain, mengatakan komunike G20 tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi tuas utama untuk mengamankan komitmen pada perubahan iklim, yang akan disepakati pada KTT Glasgow.