Bahkan, TVGE
menyebutkan, "Otoritas Guinea Khatulistiwa tidak pernah mengotorisasi
pendaratan, sehingga bisa saja insiden militer ini adalah bentuk operasi
spionase dan provokasi dari Paris."
Di sisi lain, pihak Prancis mengatakan
bahwa militer Prancis sudah memiliki otorisasi dan diperbolehkan untuk mendarat
di Guinea Khatulistiwa demi kepentingan pengisian bahan bakar.
Baca Juga:
Indonesia Takkan Diamkan Ancaman Kemanusiaan Kapal Selam Nuklir
Kolonel Pascal Ianni juga berkata,
"Kami berhenti secara reguler di Bata, tapi kami juga selalu mendapat
masalah koordinasi dengan Bandara Bata. Menara kontrol kerap membatasi izin
untuk mendarat."
Helikopter milik militer Prancis
tersebut merupakan model Fennec yang
tidak dipersenjatai dan hanya digunakan untuk membawa logistik antara pusat
ekonomi Kamerun di Douala dan ibu kota Gabon, Libreville, yang menjadi lokasi
pangkalan militer Prancis, dikutip dari laman France24. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.