"Kami menemukan orang-orang tergeletak di tanah dan tidak bisa bangun. Banyak yang mengalami cedera tulang belakang dan kepala," katanya kepada Reuters.
Analis penerbangan mengatakan kepada CNA bahwa SQ321 kemungkinan mengalami turbulensi udara jernih (CAT), yang tidak terlihat pada radar cuaca jet.
Baca Juga:
Langit Berlubang Hebohkan Warga Jember, Ahli Klimatologi Ungkap Bahayanya
"Biasanya, untuk turbulensi yang disebabkan oleh pergerakan awan, pilot akan diperingatkan melalui radar sehingga mereka dapat menghindarinya atau memberi tahu awak dan penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman," kata analis penerbangan independen Alvin Lie.
"Dengan melihat jumlah korban luka, saya yakin SQ321 bertabrakan dengan CAT, saat pesawat bisa terombang-ambing dengan keras."
Dia menambahkan, berdasarkan waktu kejadian, turbulensi terjadi pada sore hari. "Saya perkirakan banyak penumpang yang antri untuk ke toilet. Di sinilah bisa terjadi cedera," ujarnya.
Baca Juga:
Inilah 10 Rute Penerbangan dengan Turbulensi Terberat di Dunia
Meskipun banyak yang mengasosiasikan turbulensi dengan badai besar, jenis yang paling berbahaya adalah turbulensi udara jernih atau clear air turbulence.
Pergeseran angin dapat terjadi di awan cirrus tipis atau bahkan di udara cerah dekat badai petir, karena perbedaan suhu dan tekanan menciptakan arus udara yang bergerak cepat.
"Cedera akibat turbulensi parah relatif jarang terjadi pada jutaan penerbangan yang dioperasikan," kata pakar penerbangan John Strickland kepada BBC.