WAHANANEWS.CO, Jakarta - Konflik berskala besar antara Iran dan Israel kini memasuki fase paling mencekam.
Hanya beberapa jam setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama Iran, Fordow, Natanz, dan Isfahan, Teheran langsung membalas dengan tembakan rudal ke wilayah Israel.
Baca Juga:
Hanya 15 Menit ke Israel, Rudal Maut Sejjil Iran Mengejutkan Dunia
Sumber dari Al Jazeera menyebut bahwa total 27 rudal diluncurkan Iran dalam dua gelombang serangan pada Minggu (22/6/2025).
Militer Israel mengonfirmasi bahwa 22 rudal dilepaskan dalam serangan pertama, dan lima rudal menyusul pada serangan kedua.
Seorang juru bicara layanan darurat Israel mengatakan bahwa roket dan pecahan rudal menghantam setidaknya 10 lokasi berbeda di seluruh negeri.
Baca Juga:
Luncurkan Rudal Sejjil ke Israel, Iran: Gerbang Neraka Baru Dimulai
Lokasi yang terdampak termasuk Carmel, Haifa, wilayah Tel Aviv, serta dataran pantai utara.
Kerusakan terparah dilaporkan terjadi di Tel Aviv dan Haifa, dua kota vital yang menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan Israel.
Layanan medis Israel melaporkan bahwa hingga saat ini, sedikitnya 16 orang mengalami luka-luka, salah satunya menderita luka serius akibat pecahan peluru.
Petugas medis dan tim penyelamat masih menyisir area-area terdampak untuk memastikan semua korban telah dievakuasi dan ditangani.
Komando Front Dalam Negeri militer Israel kemudian mengeluarkan pengumuman bahwa warga sudah dapat keluar dari tempat perlindungan bom, menandakan bahwa serangan rudal Iran kali ini telah berakhir.
Namun, situasi di lapangan masih jauh dari stabil. Petugas darurat dikabarkan terus bekerja di berbagai titik yang terkena serangan untuk menanggulangi dampak dan mengamankan warga sipil.
Serangan balasan ini menjadi respons langsung atas aksi Amerika Serikat yang sebelumnya membombardir tiga pusat utama pengayaan uranium Iran.
Meski belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Iran, eskalasi ini menandai bahwa babak baru konfrontasi bersenjata di Timur Tengah telah dimulai, dan kali ini, seluruh dunia menahan napas.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]