WAHANANEWS.CO, Jakarta - Situasi militer di Timur Tengah memasuki fase kritis.
Sebuah laporan intelijen berbasis sumber terbuka (open-source intelligence/OSINT) memperingatkan bahwa sistem pertahanan rudal Israel, termasuk Iron Dome, dapat mencapai titik jebol dalam waktu kurang dari tiga minggu jika Iran terus menggempur dengan rudal balistik secara konsisten.
Baca Juga:
Israel Bombardir Iran, Ratusan Drone Balasan Dikirim Teheran
Analisis ini berasal dari akun OSINT @METT_Project yang memiliki fokus liputan militer kawasan Timur Tengah dan Asia Barat. Dalam laporan terperinci yang dipublikasikan Senin (16/6/2025), METT memproyeksikan bahwa serangan beruntun 50 hingga 70 rudal balistik Iran per hari dapat menggerus kapasitas sistem Ballistic Missile Defense (BMD) Israel mulai hari ke-10 hingga hari ke-15. Titik kritis diprediksi terjadi pada hari ke-18.
“Pada titik itu, penetrasi rudal ke wilayah Israel akan mulai meningkat tajam, dan zona prioritas pertahanan udara akan mulai mengalami kekurangan,” ungkap laporan tersebut.
METT menghitung bahwa Israel dan sekutunya saat ini memiliki sekitar 950 hingga 1.120 pencegat rudal, termasuk sistem Arrow-2 dan Arrow-3, David’s Sling, THAAD yang dikerahkan di al-Naqab, serta peluncur SM-3 dan SM-6 di dua kapal perusak Angkatan Laut AS di wilayah sekitar.
Baca Juga:
Serangan Hipersonik ‘Palestina 2’ Tembus Pertahanan Israel, Yaman Nyatakan Perang Terbuka
Namun, dengan kebutuhan rata-rata 1,2 hingga 1,4 pencegat per rudal Iran, Israel harus mengerahkan 72 hingga 84 pencegat per hari.
Tanpa pasokan darurat dan penambahan sistem baru, jaringan BMD Israel akan mengalami gesekan progresif.
“Jika asumsi ini benar, maka Iron Dome bukan hanya kewalahan, tapi bisa benar-benar runtuh di hadapan salvo berkelanjutan,” kata Dr. Reza El-Ma’arif, analis pertahanan kawasan dari Pusat Studi Strategis Timur Tengah.
Ia menambahkan bahwa ketergantungan Israel pada dukungan sistem sekutu seperti THAAD dan kapal perusak AS hanya menunda keruntuhan, bukan mencegahnya.
Dr. Reza juga menyoroti bahwa simulasi METT tidak memasukkan variabel eskalasi, seperti peningkatan peluncuran rudal Iran atau kerusakan fasilitas BMD Israel akibat serangan presisi.
"Artinya, dalam skenario yang lebih buruk, kolaps Iron Dome bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan."
Situasi ini memperlihatkan bahwa dominasi udara dan pertahanan Israel tidak lagi mutlak. Jika skenario ini menjadi kenyataan, peta kekuatan di Timur Tengah bisa berubah secara drastis.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]