WAHANANEWS.CO, Jakarta - Israel memutus aliran listrik ke Jalur Gaza, sebuah tindakan yang disebut oleh anggota biro politik Hamas, Izzat Al-Risheq, sebagai "pelanggaran terang-terangan" terhadap kesepakatan gencatan senjata.
"Keputusan penjajah untuk memutus pasokan listrik, menutup perbatasan, menghalangi bantuan kemanusiaan serta bahan bakar, dan membiarkan rakyat kami kelaparan adalah bentuk hukuman kolektif yang merupakan kejahatan," ujar Al-Risheq melalui Telegram pada Senin.
Baca Juga:
Enam Bayi di Gaza Meninggal Dunia Karena Hipotermia Selama Musim Dingin
Ia menilai langkah ini sebagai "tindakan putus asa" Israel untuk menekan rakyat Palestina dan gerakan perlawanan dengan strategi pemerasan yang ia sebut sebagai "murahan dan tidak dapat diterima."
Pada Minggu, Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen, mengumumkan bahwa pemutusan listrik di Gaza dilakukan untuk menekan Hamas agar membebaskan para sandera.
Menurut perusahaan listrik Israel, saat ini tidak ada lagi pasokan listrik yang diterima di Jalur Gaza, setelah sebelumnya sempat dipulihkan untuk operasional sistem pembuangan limbah di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Hamas Bebaskan Sandera, Israel Malah Tunda Pelepasan Tahanan Palestina
Pemutusan listrik ini menyusul keputusan Israel yang melarang masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak 2 Maret.
Israel juga mengancam akan terus menekan Hamas akibat penolakannya terhadap perpanjangan gencatan senjata yang diusulkan Amerika Serikat, serta tuntutan pembebasan sandera.
Sebelumnya, antara 19 Januari hingga 1 Maret, gencatan senjata yang disepakati antara Israel dan Hamas telah memungkinkan pertukaran sandera.