WAHANANEWS.CO, Jakarta - Menteri Keamanan Israel, Bezalel Smotrich, mengobarkan retorika paling ekstrem saat menyatakan bahwa Jalur Gaza akan dihancurkan total dan dikosongkan dari jutaan penduduk Palestina yang tersisa.
Pernyataan radikal itu diucapkannya sehari setelah kabinet Israel secara resmi menyetujui rencana pendudukan permanen atas Gaza.
Baca Juga:
Iron Dome Jebol! Rudal Houthi Hantam Jantung Udara Israel di Ben Gurion
Dalam pidatonya di "Konferensi Permukiman" yang digelar di permukiman ilegal Ofra, Tepi Barat, Smotrich menyampaikan bahwa Israel akan segera mengklaim kemenangan penuh atas wilayah Gaza dalam waktu dekat.
"Gaza akan hancur total," tegas Smotrich, seperti dikutip dari The Independent. "Dalam enam bulan ke depan, Hamas tidak akan lagi eksis sebagai entitas yang berfungsi," imbuhnya lantang.
Tak berhenti di situ, Smotrich membeberkan bahwa para penduduk Gaza akan digiring ke sebuah "zona kemanusiaan" kecil di selatan. Dari tempat itu, mereka akan didorong untuk meninggalkan Gaza sepenuhnya.
Baca Juga:
Rudal Balistik dari Yaman Hantam Area Bandara Ben Gurion, Israel Panik
"Mereka akan benar-benar putus asa, menyadari bahwa tak ada lagi harapan di Gaza. Mereka akan mencari tempat lain untuk memulai hidup baru," ujar sang menteri sayap kanan dengan nada dingin.
Smotrich merupakan sosok kunci dalam pemerintahan koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Ia dikenal gigih menghalangi setiap upaya gencatan senjata dan aktif mendorong perluasan permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat.
Ia bahkan secara terbuka menyatakan harapan agar Tepi Barat segera dianeksasi secara resmi selama masa pemerintahan saat ini.
Sikap kerasnya juga tercermin dalam penolakannya terhadap penarikan pasukan Israel dari Gaza, bahkan jika ada kesepakatan pertukaran sandera.
Sementara itu, pada hari Senin (5/5/2025), kabinet Netanyahu secara bulat menyetujui rencana pendudukan Jalur Gaza tanpa batas waktu.
Dalam pesan videonya, Netanyahu menyatakan bahwa operasi militer besar-besaran akan segera diluncurkan.
"Penduduk Gaza akan dipindahkan demi keselamatan mereka sendiri," ucap Netanyahu, yang kini tengah diburu oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Ia menegaskan bahwa Israel tak akan menarik pasukan setelah serangan.
"Tujuan kita justru sebaliknya," katanya dengan nada tajam.
Seorang pejabat tinggi pertahanan Israel mengatakan bahwa operasi itu tidak akan dimulai hingga kunjungan Presiden AS Donald Trump ke kawasan Timur Tengah selesai.
Ini mengindikasikan bahwa rencana tersebut juga dapat menjadi upaya tekanan terhadap Hamas agar bersedia menyetujui gencatan senjata.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Eyal Zamir, menyatakan bahwa militer sedang meningkatkan tekanan untuk mengembalikan sandera dan memukul mundur Hamas.
"Minggu ini kami telah mengirim puluhan ribu perintah mobilisasi kepada para personel cadangan untuk memperluas operasi kami di Gaza," kata Zamir pada Minggu (4/5/2025).
"Kami meningkatkan tekanan untuk memulangkan rakyat kami dan menghancurkan Hamas," pungkasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]