Ketika perekonomian dunia mulai bergerak kembali setelah pandemi, permintaan barang-barang China melonjak dan pabrik-pabrik yang membuatnya membutuhkan lebih banyak daya.
Aturan yang diberlakukan China untuk berusaha netral karbon pada 2060 membuat produksi batu bara melambat, padahal mereka masih membutuhkannya untuk memasok lebih dari separuh kebutuhan listrik negara.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Lalu karena permintaan listrik meningkat, harga batu bara pun ikut melonjak.
Masalahnya, dengan ketatnya Pemerintah China mengendalikan harga listrik, pembangkit listrik tenaga batu bara tidak mau beroperasi dengan kerugian, dan banyak yang mengurangi output-nya secara drastis.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Siapa yang Terdampak Krisis Energi di China?
Rumah-rumah dan pabrik industri jelas terpengaruh oleh krisis listrik China, karena dayanya dibatasi di beberapa provinsi dan wilayah.
Surat kabar Global Times yang dikelola pemerintah mengatakan, terjadi pemadaman listrik di empat provinsi yaitu Guangdong di selatan, kemudian Heilongjiang, Jilin, dan Liaoning di timur laut.