Beberapa politikus besar Partai Republik seperti Ron DeSantis dan Viviek Ramaswamy juga menolak mentah-mentah usulan bantuan tambahan AS untuk Ukraina.
"Katalis langsung keruntuhan ini (NATO) adalah perang di Ukraina," kata O'Brien dalam tulisannya di The Atlantic.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
"Ketika faksi dominan (Partai Republik dalam konteks ini) dalam salah satu dari dua partai politik besar Amerika tidak melihat kepentingan membantu negara demokrasi melawan Rusia, hal ini menunjukkan bahwa pusat spektrum politik telah bergeser sedemikian rupa sehingga membuat AS terlihat kurang dapat diandalkan di Eropa," paparnya menambahkan.
Ramaswamy bahkan mewanti-wanti agar pemerintahan Presiden Joe Biden menghentikan total dan segera dukungan AS terhadap Ukraina.
DeSantis dan Ramaswamy merupakan dua politikus Partai Republik yang disebut-sebut telah mencalonkan diri sebagai calon presiden dari partai tersebut dalam pemilu 2024 mendatang.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Jika Trump atau salah satu penirunya memenangkan kursi kepresidenan pada November 2024, Eropa akan dihadapkan pada pemerintahan baru Amerika yang akan menghentikan semua dukungan untuk Ukraina," ujar O'Brien memperingatkan kemungkinan itu.
O'Brien mengatakan jika ini terjadi, negara-negara Eropa Eropa tidak akan mampu mengganti peran AS yang besar selama ini di NATO, terutama soal bantuan militernya. Ia mengatakan kehilangan bantuan militer AS akan mengakibatkan kekalahan militer bagi Ukraina.
"Jika AS tidak terlibat, Eropa akan terpecah dalam masalah ini, dengan negara-negara Timur dan Baltik yang bersemangat namun tidak mampu untuk terus mengalirkan senjata ke Kyiv. Negara-negara Barat seperti Prancis dan Jerman kemungkinan besar akan mengupayakan perdamaian dengan Rusia," kata O'Brien.