Serangan terbaru dilaporkan menewaskan sedikitnya 549 warga Palestina dan melukai lebih dari 4.000 orang lainnya, sebagian besar di antara mereka sedang menunggu distribusi bantuan pangan di bawah pengawasan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang justru didukung Israel dan Amerika Serikat.
Militer Israel segera membantah keras tuduhan tersebut. Dalam pernyataan resminya yang dirilis melalui Telegram, pihak militer menyatakan, “Setiap tuduhan penyimpangan dari hukum atau arahan militer akan diperiksa secara menyeluruh, dan tindakan lebih lanjut akan diambil jika diperlukan. Tuduhan penembakan yang disengaja terhadap warga sipil yang disajikan dalam artikel tersebut tidak diakui di lapangan.”
Baca Juga:
92 Orang Tewas, Israel Bombardir Warga Palestina Saat Antre Tepung dan Air
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant bahkan menyebut laporan itu sebagai “fitnah berdarah” terhadap Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Mereka menegaskan bahwa IDF beroperasi dengan perintah yang jelas untuk menghindari korban sipil dan tetap mengikuti prosedur dalam kondisi tempur yang sangat kompleks.
Meski begitu, laporan Haaretz menyebutkan bahwa Advokat Jenderal Militer Israel telah memerintahkan penyelidikan terhadap dugaan kejahatan perang tersebut.
Baca Juga:
IDF Klaim Temukan Jenazah Tokoh Hamas di Terowongan Bawah Tanah RS
Tim Penilai Fakta dari Staf Umum Angkatan Darat telah diturunkan ke lokasi insiden.
Salah satu penulis laporan, Nir Hasson, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa praktik seperti ini mencerminkan metode kontrol kerumunan yang ekstrem.
“Itu sebenarnya praktik mengendalikan massa dengan api, seperti jika Anda ingin massa lari dari suatu tempat, Anda tembak mereka, meskipun Anda tahu mereka tidak bersenjata,” katanya dari Yerusalem Barat.