WahanaNews.co | Amerika Serikat (AS) dikabarkan diam-diam menguji rudal hipersoniknya. Ini berlangsung pada pertengahan Maret, lalu, saat Presiden Joe Biden melakukan perjalanan ke Eropa untuk bertemu NATO.
Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC) telah diluncurkan dari bomber B-52 di lepas pantai barat negara itu. Pengumuman tidak dirilis karena menghindari eskalasi ketegangan dengan Rusia, di tengah serangan Moskow ke Ukraina.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Pejabat pertahanan yang menjadi sumber media itu menyebut uji coba itu berhasil dilakukan. Sistem yang dipakai berasal dari perusahaan Lockheed Martin.
Uji coba itu juga dilakukan beberapa hari setelah Rusia mengonfirmasi menggunakan rudal hipersoniknya dalam serangan ke Ukraina. Rusia mengaku menggunakan senjata mematikan itu ketika menargetkan gudang amunisi di Ukraina barat.
"Rudal itu terbang di atas 65.000 kaki dan lebih dari 300 mil," tulis CNN International, dikutip Selasa (5/4/2022).
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Sementara itu, Jumat lalu, AS juga dikabarkan akan melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Minuteman III. Namun langkah itu dibatalkan guna menghindari "salah tafsir" Rusia.
Sebelumnya dalam anggaran pertahanan 2023, Biden telah meminta US$ 7,2 miliar. Itu akan dialokasikan untuk tembakan jarak jauh, termasuk rudal hipersonik.
Pemerintah AS mengidentifikasi 70 upaya terkait dengan pengembangan senjata hipersonik. Ini diperkirakan menelan biaya hampir US$15 miliar antara 2015 dan 2024.