Nada serupa juga disampaikan Yonatan Zeigen, putra aktivis perdamaian Vivian Silver yang tewas dalam serangan Hamas di Kibbutz Beeri.
“Saya harus menemani ibu saya sampai ajalnya melalui telepon,” kata Zeigen.
Baca Juga:
Langkah Bersejarah: Malta Umumkan Pengakuan Palestina di Sidang Umum PBB
Pengalaman traumatis itu membuatnya merasa memiliki tanggung jawab untuk memperjuangkan masa depan berbeda bagi dua bangsa.
“Satu-satunya masa depan yang berkelanjutan dan layak di sini adalah kedua bangsa yang berbagi tanah,” ujarnya.
“Pembebasan Palestina dan keamanan Israel bergantung pada hak asasi rakyat Palestina. Itu hak dasar, bukan sesuatu yang bisa dinegosiasikan atau ditunda sesuai kepentingan Israel,” tegasnya.
Baca Juga:
Eric Cantona Ajak Fans Dunia Boikot Sepak Bola Israel
Namun jalan menuju solusi dua negara tidak mudah, mengingat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkali-kali menolak keberadaan negara Palestina.
Sementara kelompok sayap kanan di pemerintahan justru terus mendorong perluasan permukiman di Tepi Barat untuk menutup ruang terbentuknya negara tersebut.
Meski begitu, para aktivis tetap menyimpan optimisme.