WahanaNews.co | Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Amerika Serikat (AS) mengungkapkan Rusia masih menumpuk pasukan di dekat Ukraina pada Rabu (16/2/2022). Sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, Rusia mengklaim pasukannya sudah ditarik kembali setelah latihan di distrik militer selatan dan barat dekat Ukraina.
Di Ukraina, orang-orang mengibarkan bendera dan memainkan lagu kebangsaan untuk menunjukkan persatuan melawan ketakutan akan invasi pada Rabu (16/2). Pemerintah menyatakan serangan siber yang menghantam kementerian pertahanan adalah yang terburuk yang pernah dilihat negara itu. Serangan siber tersebut menudingke Rusia, yang segera membantah keterlibatan.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan pasukannya sudah ditarik kembali setelah latihan di distrik militer selatan dan barat dekat Ukraina. Rusia menerbitkan video yang menunjukkan tank, kendaraan tempur infanteri, dan unit artileri self-propelled meninggalkan Semenanjung Krimea, yang direbut Moskwa dari Ukraina pada 2014.
Namun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan unit kunci Rusia justru bergerak menuju perbatasan, bukan menjauh.
“Ada apa yang dikatakan Rusia. Dan kemudian ada apa yang dilakukan Rusia. Dan kami belum melihat mundurnya pasukannya. Kami terus melihat unit-unit penting bergerak menuju perbatasan, bukan menjauh dari perbatasan," bantah Blinken dalam satu wawancara di MSNBC.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Seorang pejabat senior intelijen Barat mengatakan risiko agresi Rusia terhadap Ukraina akan tetap tinggi sepanjang sisa Februari. Rusia masih dapat menyerang Ukraina "dengan peringatan yang pada dasarnya tidak ada, atau tidak ada sama sekali".
Analis telah memperingatkan bahwa krisis mungkin bergemuruh selama berbulan-bulan yang akan datang.
“Ini bahkan bisa berlangsung tanpa batas waktu – permainan kucing dan tikus baru saja dimulai,” Peter Zalmayev, direktur Inisiatif Demokrasi Eurasia, sebuah wadah pemikir di negara-negara pasca-Soviet, mengatakan kepada Al Jazeera.