Para pengunjuk rasa yang menuntut perubahan dan reformasi juga sering mencerca campur tangan Iran dalam politik Irak.
Lebih dari 600 tewas dan ribuan terluka selama protes selama berbulan-bulan.
Baca Juga:
Dua Oknum ASN Pemkab Manokwari Disebut Bawaslu Langgar Netralitas
Analis mengatakan, masuknya Kataib Hezbollah, tidak terkait dengan kelompok Hizbullah Lebanon, mungkin adalah upaya Iran untuk memperkuat sekutunya di dalam parlemen Irak.
Bassam al-Qazwini, seorang analis politik yang berbasis di Baghdad, mengatakan setelah gerakan protes 2019 Iran mendorong kelompok garis keras untuk terjun ke dunia politik.
“Harakat Huqooq membuka pintu bagi faksi-faksi garis keras untuk masuk ke ranah politik dan gedung parlemen,” katanya seraya menambahkan, dia tidak mengharapkan mereka memenangkan banyak kursi.
Baca Juga:
KPU Bone Bolango Sosialisasikan Pembentukan Pantarlih untuk Pemilihan Bupati Tahun 2024
Muanis, pria kurus berjenggot tipis, mengatakan, alasan terjun ke dunia politik adalah kekecewaan masyarakat terhadap situasi politik saat ini dan kegagalan politisi melaksanakan reformasi.
“Makanya kita berpartisipasi untuk membawa perubahan,” katanya. Jika dia menang, dia mengatakan dia akan bekerja dari dalam parlemen untuk "mendapatkan kembali kedaulatan Irak dengan membiarkan penjajah pergi," katanya tentang AS.
Ditanya tentang suburnya senjata di luar kendali negara, dia berkata: “Kapan pun pendudukan tidak ada lagi, kita bisa mendiskusikannya. Maka kita tidak perlu memanggul senjata.” [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.