WAHANANEWS.CO, Jakarta - Perang 12 hari antara Israel dan Iran tak hanya meninggalkan jejak kehancuran fisik, tetapi juga mengguncang stabilitas ekonomi kedua negara, terutama Israel.
Biaya perang yang sangat tinggi memicu defisit anggaran, melumpuhkan industri strategis, dan meningkatkan tekanan sosial dalam negeri. Meski secara militer Israel mengklaim keberhasilan, secara ekonomi negeri itu dinilai mengalami pukulan telak.
Baca Juga:
Presiden FIFA Gianni Infantino Tanggapi Dugaan Standar Ganda Rusia dan Israel Piala Dunia
Menurut Financial Express, dalam sepekan pertama perang, Israel menggelontorkan sekitar USD5 miliar untuk operasi militer, dengan biaya harian mencapai USD725 juta.
Sebagian besar dana itu, sekitar USD593 juta, digunakan untuk serangan, dan sisanya sebesar USD132 juta untuk mobilisasi pasukan dan pertahanan.
The Wall Street Journal menyebutkan bahwa hanya untuk mengoperasikan sistem udara antirudal, Israel harus mengeluarkan biaya antara USD10 juta hingga USD200 juta per hari.
Baca Juga:
Tank dan Drone Tembaki Gaza, Israel Langgar Gencatan Senjata
Jika perang berlangsung selama satu bulan, total biaya dapat membengkak hingga lebih dari USD12 miliar, menurut proyeksi Aaron Institute for Economic Policy.
1. Defisit Anggaran dan Dampak Fiskal
Naser Abdelkarim, asisten profesor keuangan dari Universitas Amerika Palestina, menyatakan kepada Anadolu bahwa dampak ekonomi tak hanya datang dari pembiayaan militer, tetapi juga dari terhentinya aktivitas produksi.