Iran pun mengingatkan bahwa jika sekutu Israel membantu menjatuhkan rudalnya, maka pangkalan militer mereka di kawasan juga akan diserang.
Kendati demikian, daya pukul Teheran saat ini dipertanyakan, terutama setelah kekuatan utama mereka di kawasan seperti Hamas dan Hizbullah melemah akibat konflik sebelumnya di Gaza dan Lebanon.
Baca Juga:
Tak Jera Dihajar Iran, Israel Kembali Umbar Nyali Ingin Habisi Khamenei
Israel menilai program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial dan berupaya mencegah pengembangan senjata nuklir. Iran bersikukuh program mereka murni untuk tujuan sipil.
Namun, pengawas nuklir PBB menyatakan bahwa Iran melanggar perjanjian nonproliferasi global.
Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran soal potensi serangan yang lebih buruk, namun mengatakan perang bisa dihindari jika Teheran bersedia mengurangi ambisi nuklirnya.
Baca Juga:
Perang 12 Hari: Iran Naik Kelas, Malah Israel yang Lemas
Sayangnya, rencana perundingan AS-Iran di Oman batal karena Iran menilai tidak mungkin berdialog di tengah gempuran Israel yang mereka sebut "biadab".
Untuk pertama kalinya sejak konflik dimulai, Israel menyerang infrastruktur energi strategis Iran di ladang gas South Pars, sumber utama gas negara itu.
Akibatnya, produksi gas dihentikan sebagian. Ketegangan ini turut mengerek harga minyak dunia hingga naik 9 persen, meski Israel sendiri bukan pemasok utama energi global.