Frick mengonfirmasi dirinya membayar izin berdemonstrasi yang dilakuan Paludan di depan kedubes Turki di Stockholm. Namun, dia membantah bukan idenya membakar Al Quran dalam demo tersebut.
"Itu bukan ide saya," kata Frick, seperti dikutip The Guardian.
Baca Juga:
Debat soal Palestina Memanas, Menlu Swedia Dihujani Tomat dan Bawang
"Jika saya, dengan membayar 320 kroner [atau sekitar Rp464 ribu] untuk biaya administrasi ke polisi, menyabotase permohonan [Swedia gabung ke NATO], itu mungkin sudah rapuh sejak awal," kata Frick kepada media Swedia, dikutip i24 News.
Frick, jurnalis asal Swedia itu, juga menegaskan dirinya tak lagi bekerja untuk media Rusia. Ia juga menegaskan tak mendukung pemerintahan Vladimir Putin sejak Rusia mencaplok Crimea pada 2014 lalu.
Afiliasi Frick dengan Rusia bukan kali ini saja menjadi sorotan. Pada 2019, dia bercanda soal hubungan dirinya dengan Putin.
Usai melakukan perjalanan ke Rusia, Frick mengeluarkan segepok uang rubel.
Baca Juga:
Raih 18 Trofi Selama Karir, Ini Profil Sven-Goran Eriksson yang Meninggal Dunia
"Ini bos saya yang sesungguhnya! Dia adalah Putin," kata dia kepada reporter.
Dugaan Rusia sebagai dalang pembakaran Al Quran juga mencuat dari Menteri Luar Negeri Finlandia, Pekka Haavisto.
Haavisto menerangkan pihak berwenang telah menyelidiki hubungan Paludan dan Rusia. Hubungan tertentu di sekitar dia juga telah diinvestigasi.
Lebih lanjut, ia mengatakan peristiwa pembakaran kitab suci itu memicu pertanyaan kemungkinan keterlibatan pihak ketiga.