WAHANANEWS.CO, Jakarta - Rentetan rudal Israel mengguncang Doha ketika 15 jet tempur melancarkan operasi besar-besaran pada Selasa (9/9/2025), menewaskan sejumlah anggota Hamas termasuk putra pejabat senior Khalil al-Hayya.
Hamas menyebut serangan itu sebagai upaya pembunuhan terhadap para pemimpin tertingginya yang sedang merundingkan penyelesaian politik, namun menegaskan para tokoh kunci organisasi masih selamat.
Baca Juga:
Sekjen PBB Kecam Keras Israel Atas Pembangunan Ribuan Permukiman Baru di Tepi Barat
Presiden Amerika Serikat Donald Trump langsung mengecam keras langkah militer Israel tersebut.
Melalui unggahannya di Truth Social pada hari yang sama, Trump menegaskan keputusan penyerangan di Qatar diambil sepihak oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tanpa koordinasi dengan Washington.
Ia menyebut pengeboman di “Negara Berdaulat dan Sekutu dekat Amerika Serikat” itu tidak membawa keuntungan baik bagi Israel maupun AS, bahkan bisa mengacaukan stabilitas kawasan.
Baca Juga:
Miliki Rudal Baru yang Lebih Mematikan, Teheran Tegaskan Kesiapan Perang
Trump mengaku segera memerintahkan Utusan Khusus AS Steve Witkoff untuk memperingatkan Qatar, namun peringatan itu datang terlambat sehingga tidak mampu menghentikan serangan.
Meski menyebut penghancuran Hamas sebagai “tujuan mulia”, Trump berharap insiden tragis ini justru bisa membuka jalan menuju perdamaian.
Ia juga menekankan telah berbicara langsung dengan Netanyahu, yang menurutnya menyatakan komitmen damai, serta dengan para pemimpin Qatar yang ia janjikan insiden serupa tidak akan terulang di tanah mereka.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengecam keras serangan tersebut sebagai aksi “terorisme negara”.
Ia menuduh Netanyahu merusak stabilitas regional demi kepentingan politik pribadi dan menegaskan insiden ini menghancurkan upaya mediasi yang dipimpin AS untuk mewujudkan gencatan senjata di Gaza serta pembebasan sandera Israel.
Gedung Putih menyebut serangan itu sebagai insiden yang “disayangkan”, sementara Trump memerintahkan Menteri Luar Negeri Marco Rubio mempercepat finalisasi Perjanjian Kerja Sama Pertahanan dengan Qatar, yang berstatus sebagai sekutu utama non-NATO.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]