WahanaNews.co | Rusia yang tak juga menarik pasukannya dari Ukraina harus siap-siap menerima sanksi baru dari koalisi negara barat.
Diektahui, sebelumnya Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara sudah menghukum negara yang menyerang Ukraina tersebut.
Baca Juga:
Ngeri! Infrastruktur Ukraina yang Rusak Akibat Perang Capai 2 Kuadriliun
Dikutip dari CNN Internasional, Rabu (23/3/2022), disebutkan Presiden AS Joe Biden telah berangkat ke Eropa untuk bertemu dengan pimpinan negara Uni Eropa, NATO dan G7.
Biden akan mengumumkan sanksi berikut pada Kamis mendatang.
Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengungkapkan jika pengumuman itu akan mencakup sanksi baru, kebijakan yang harus ditempuh oleh negara-negara ini untuk menghadapi Rusia.
Baca Juga:
Penasihat Zelensky Mundur Gara-gara Urusan Rudal Rusia
Sebelumnya sanksi yang diberikan oleh beberapa negara barat telah membuat rubel terperosok ke level terendah.
Kondisi ini juga diperparah dengan sulitnya bank sentral Rusia mengakses cadangan devisa mereka yang masih dalam bentuk dolar AS.
Sanksi-sanksi yang diberikan ini turut mengerek harga komoditas termasuk minyak dan gandum. Di satu sisi, sanksi memberikan berkah untuk sektor energi dan pertanian.
Namun di sisi lain menjadi musibah untuk maskapai penerbangan dan perusahaan jasa perjalanan.
Kemudian naiknya angka inflasi ini juga turut menekan saham bank. Pasalnya bank sentral menaikkan suku bunga acuannya beberapa kali untuk mengimbangi inflasi tersebut.
Akibat sanksi yang dilancarkan oleh negara-negara tersebut, Rusia masuk dalam jurang resesi yang paling dalam sejak era 1990an.
S&P Global Market Intelligence menyebut produk domestik bruto (PDB) negara tersebut akan terjun bebas hingga 22% selama tahun 2022.
Beberapa minggu setelah Rusia mulai menyerang Ukraina.
Restoran cepat saji asal AS akan menutup operasional di Rusia.
Salah satunya adalah McDonald's, Starbucks, Papa Johns dan Burger King. [rin]