WahanaNews.co | Perdana Menteri (PM) Inggris Raya Boris Johnson menghadapi voting mosi tidak percaya dari Partai Konservatif pada Senin (6/6/2022).
Apabila anggota-anggota parlemen dari Partai Konservatif menetapkan mosi tersebut, Johnson mesti lengser dari pos ketua partai sekaligus perdana menteri.
Baca Juga:
Boris Johnson Batal Ikut Pemilihan PM Inggris
Apabila Johnson kalah, Partai Konservatif yang memimpin parlemen saat ini mesti mencari ketua sekaligus perdana menteri baru. Jika menang, jabatannya tidak akan ditentang mosi hingga setidaknya setahun mendatang.
Voting mosi ini menjadi momen titik rendah baru dalam karier politik Johnson yang merosot belakangan akibat skandal “Partygate”.
Politikus 57 tahun itu dan stafnya ketahuan berulangkali mengadakan pesta miras selama masa pembatasan Covid-19 pada 2020 dan 2021, sesuatu yang ditetapkan pemerintahan Johnson sendiri.
Baca Juga:
Boris Johnson Pertimbangkan Maju untuk Masa Jabatan Kedua PM Inggris
Voting mosi tersebut sekaligus menunjukkan perpecahan di tubuh Konservatif, hanya tiga tahun setelah Johnson memimpin partai meraih pemilu terbesar beberapa dekade belakangan.
Pejabat Partai Konservatif Graham Brady mengumumkan, bahwa ia telah menerima surat permintaan mosi dari sedikitnya 54 anggota parlemen Konservatif, cukup untuk memenuhi syarat sesuai aturan partai tersebut.
“Ambang batas 15% (dari anggota parlemen asal Partai Konservatif) telah dipenuhi,” kata Brady dikutip Associated Press. Ia menyatakan bahwa voting mosi akan dilakukan pada Senin (6/6) malam waktu setempat.