Simensen menjelaskan bahwa ledakan dapat menghancurkan hampir seluruh Gedung karena ledakan dari reaksi aluminium dan air seperti ledakan dinamit.
Sehingga ia menilai bahwa hal tersebut cukup kuat untuk menghancurkan bangunan.
Baca Juga:
Cerita Marshanda yang Diperlakukan Agresif saat di RSJ Los Angeles
"Bagian atas akan jatuh di atas bagian yang tersisa di bawah, dan beratnya lantai atas cukup untuk menghancurkan bagian bawah bangunan," ujarnya.
Tepat sebelum dua gedung pencakar langit New York runtuh, ledakan kuat di dalam gedung terdengar cukup kuat, membuat banyak orang percaya bahwa balok baja yang terlalu panas di gedung itu bukanlah penyebab keruntuhan.
Simensen menjelaskan bahwa pesawat yang menabrak Gedung menyebabkan bahan-bahan di sepanjang jalur tabrakan ikut terbakar.
Baca Juga:
Skenario Spionase AS Lacak Pemimpin Al Qaeda di Kabul
Namun zona yang benar-benar panas adalah pada titik pesawat berhenti.
Hal tersebut menyebabkan lambung pesawat menyerap panas yang sebagian besar berasal dari bahan bakar pesawat yang terbakar.
Kemudian, panas tersebut melelehkan aluminium lambung pesawat, dan aluminium cair kemudian menetes ke bawah dan bertemu dengan air sehingga mengalami reaksi kimia.