Para peneliti melakukan penyuntingan gen bernama CRISPR-dCas13. Untuk hipokampus, dilakukan penurunan kadar dan pengurangan aktivitas pada amigdala yang membuat adanya peningkatan pada kinerja memori.
"Secara keseluruhan, temuan ini mengungkap fungsi penting pada poliubikuitinasi K63 pada proses penuaan otak. Pada kedua wilayah, penyesuaian daru proses meningkatkan daya ingat," jelas Jarome.
Baca Juga:
Pikun di Usia 20-an, Bukan Sekadar Lupa Biasa
Sementara pada penelitian lainnya, Jarome bersama mahasiswa doktoral Shannon Kincaid lebih berfokus pada IGF2. Ini adalah gen faktor pertumbuhan dan bisa membentuk memori, namun fungsi ini menurun seiring bertambahnya usia.
Para peneliti menemukan ini terjadi dengan proses alami penambahan penanda kimian ke DNA, atau metilasi DNA. Cara ini akan menonaktifkan gen.
Kemudian mereka melakukan penyuntingan gen CRISPR-dCas9 untuk menghilangkan penanda ini dan berhasil untuk mengaktifkan fungsi IGF2. Tikus yang berusia tua digunakan dalam penelitian menunjukkan adanya peningkatan memori yang signifikan.
Baca Juga:
Awas! Kebiasaan Sehari-hari Ini Bisa Memicu Pikun
Jarome mengatakan pihaknya mengaktfikan kembali gen. Dengan cara itu, objek penelitian menunjukkan kinerja jauh lebih baik.
"Hewan paruh baya yang belum memiliki masalah memori tidak terdampak, membuat pengaturan waktu sangat penting. Kita harus segera turun tangan saat ada masalah dimulai," dia menuturkan.
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.