Sejak itu, kata Sharvit, unit tersebut telah dilengkapi dengan peralatan canggih yang memungkinkan mereka melakukan perjalanan di bawah air hingga ke garis pantai Israel dan membuatnya lebih sulit untuk dideteksi.
Selama perang baru-baru ini di bulan Mei, Israel mengatakan telah menggagalkan upaya Hamas untuk meluncurkan drone bawah air seperti torpedo ke sasaran Israel.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Israel telah menghadapi kritik atas blokade laut dan pembatasan berat di Gaza. Israel mengatakan blokade diperlukan untuk mencegah penumpukan militer Hamas. Tetapi para kritikus, termasuk kelompok hak asasi manusia dan pejabat PBB, mengatakan kebijakan itu merupakan hukuman kolektif.
“Pembatasan Israel yang tidak proporsional dan tidak masuk akal terhadap akses ke perairan teritorial Gaza serta barang-barang vital yang diperlukan untuk memperbaiki kapal penangkap ikan membahayakan mata pencaharian ribuan orang, membahayakan nyawa dan menghambat pembangunan ekonomi,” kata Gisha, kelompok hak asasi manusia Israel yang menyerukan agar blokade dilonggarkan.
Sharvit, bagaimanapun, mengatakan sulit untuk memisahkan ranah sipil dan militer karena Hamas menggunakan perairan terbuka untuk menguji roket dan melatih pasukan komando Angkatan Laut-nya. “Laut adalah tempat uji coba terbesar di Gaza,” katanya.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Tetapi kekhawatiran terbesar Israel, sejauh ini, adalah musuh bebuyutannya; Iran. Israel menuduh Iran mencoba mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang dibantah Iran. Militer Zionis juga risau dengan kehadiran militer Iran di Suriah dan dukungan Iran untuk kelompok-kelompok militan seperti Hizbullah dan Hamas.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel dan Iran telah terlibat dalam "perang bayangan" yang diwarnai pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, ledakan misterius di fasilitas nuklir Iran dan baru-baru ini serangkaian ledakan di kapal kargo dengan koneksi Iran atau pun Israel. Dalam kebanyakan kasus, tidak ada yang mengaku bertanggung jawab.
Sharvit menolak untuk membahas operasi tertentu tetapi mengatakan aktivitas Angkatan Laut Israel di Laut Merah telah tumbuh “secara eksponensial” selama tiga tahun terakhir.