Jika emisi tak terkendali maka pada tahun 2100, peneliti memperkirakan orang akan kehilangan 58 jam tidur setahun. Namun di masa depan dengan emisi yang lebih rendah, angka tersebut bisa turun menjadi 50 jam.
"Ini adalah bukti skala planet pertama bahwa suhu yang lebih hangat dapat mengikis jam tidur manusia," kata Minor.
Baca Juga:
BMKG Kalsel Intensifkan Edukasi Masyarakat Terkait Peningkatan Suhu Signifikan Lima Dekade Terakhir
Lebih lanjut, panas di atas rata-rata di malam hari memiliki dampak yang lebih besar bagi orang-orang di negara berpengasilan rendah, terutama wanita dan lansia.
Bagi mereka yang berusia 65 tahun ke atas, efek peningkatan suhu ini akan berdampak dua kali lipat daripada kelompok usia yang lebih muda.
Peneliti juga menemukan, bahwa orang gagal untuk beradaptasi terhadap situasi ini. Misalnya dengan mengubah perilaku sehari-hari dengan tidur siang untuk mengatasi kurang tidur.
Baca Juga:
5 Kebiasaan yang Bisa Memicu Insomnia
Orang-orang juga gagal beradaptasi sepanjang musim. Misalnya, lebih mudah tidur di malam yang hangat di akhir musim panas daripada di malam yang hangat di awal musim panas.
"Kami tak menemukan bukti bahwa orang beradaptasi dengan baik," ungkap Minor.
Sementara itu ada kemungkinan bahwa beberapa dari mereka yang tinggal di negara berpenghasilan tinggi cenderung memasang AC, yang dapat dilihat sebagai bentuk adaptasi.