Tapi Minor menyebut temuan dalam penelitian ini tak memungkinkan dia untuk membuat hubungan secara definitif. Selain itu, biaya AC membuatnya tak terjangkau oleh banyak orang dan dapat meningkatkan emisi karena penggunaan energi bahan bakar fosil.
Susan Clayton dari College of Wooster, Ohio mengatakan metodologi penelitian ini masuk akal.
Baca Juga:
BMKG Kalsel Intensifkan Edukasi Masyarakat Terkait Peningkatan Suhu Signifikan Lima Dekade Terakhir
"Implikasinya jelas, suhu yang lebih tinggi yang terkait dengan perubahan iklim sudah mengurangi jumlah tidur seseorang dan diproyeksikan akan lebih banyak lagi. Ini mengkhawatirkan karena kita tahu bahwa kurang tidur dapat berdampak negatif pada suasana hati, perilaku, kesehatan, dan fungsi kognitif," katanya.
Penelitian ini pun menurut Ivana Rosenzweig dari King's College London menunjukkan, kekuatan big data dan juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan semakin dingin, semakin baik orang tidur.
Tapi dia menunjukkan pula bahwa efek yang terukur kecil. Hanya mengurangi beberapa menit tidur per malam atau kurang dari tiga persen dari total waktu tidur.
Baca Juga:
5 Kebiasaan yang Bisa Memicu Insomnia
Selain itu, tipe orang yang memilih untuk memakai pelacak tidur juga lebih mungkin memiliki akses ke teknologi lagi yang dapat membuat mereka tidur lebih lambat.
Sehingga, perlu penelitian lebih mendalam lagi terkait dampak perubahan iklim terhadap jumlah tidur seseorang. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.