WAHANANEWS.CO, Jakarta - Sejumlah pakar kesehatan mengingatkan bahwa beberapa obat resep yang selama ini dianggap aman justru dapat memicu gangguan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan temuan ini kembali menyoroti pentingnya kewaspadaan publik terhadap efek samping obat sehari-hari.
Mengutip laporan aarp.org pada Sabtu (22/11/2025), selama bertahun-tahun gejala lupa, brain fog, dan kebingungan mental sering disalahartikan sebagai bagian normal dari penuaan.
Baca Juga:
Jangan Anggap Remeh! Kekurangan Nutrisi Ini Bisa Picu Gejala Pikun
Namun para ilmuwan menegaskan bahwa kehilangan memori bukan kondisi yang pasti terjadi seiring bertambahnya usia.
Bahkan, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa sejumlah kemampuan kognitif dapat meningkat ketika seseorang menua.
Mayoritas orang mengetahui faktor yang dapat mengganggu memori seperti konsumsi alkohol, penyalahgunaan obat-obatan, merokok berat, cedera kepala, stroke, kurang tidur, stres berat, kekurangan vitamin B12, serta penyakit seperti Alzheimer dan depresi.
Baca Juga:
Otakmu Bisa Lebih Tua dari Usia! Kenali Tanda-tandanya Sebelum Terlambat
Meski begitu, banyak yang belum memahami bahwa beberapa obat resep yang umum digunakan juga dapat mengganggu fungsi memori sehingga perlu diwaspadai.
Berikut tujuh jenis obat yang dapat menyebabkan gangguan memori dan alternatif penanganannya.
Memori Jangka Pendek vs Jangka Panjang
Menurut Jessica Merrey, spesialis farmasi klinis utama di Rumah Sakit Johns Hopkins Baltimore, memori terbagi menjadi dua jenis utama yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Memori jangka pendek atau memori kerja mencakup hal-hal yang terjadi dalam 30 detik terakhir, seperti lupa apa yang hendak ditambahkan ke daftar belanja setelah mengambil pena.
Sementara itu, memori jangka panjang terdiri dari kejadian dalam rentang waktu lebih dari 30 detik baik itu momen baru maupun kenangan masa kecil, sehingga lupa setelah rentang waktu tersebut termasuk kehilangan memori jangka panjang.
Obat yang memengaruhi memori jangka pendek dapat mengganggu fokus dan pemrosesan informasi karena memutus jalur pembawa pesan di otak sehingga memori jangka pendek biasanya pulih setelah konsumsi obat dihentikan.
Sedangkan obat yang memengaruhi memori jangka panjang mengganggu neurotransmiter yang berperan dalam fungsi berpikir, bergerak, bernapas, dan bekerja secara umum sehingga memicu berbagai gangguan kognitif.
Joshua Niznik, asisten profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas North Carolina Chapel Hill, menyebut risiko paling besar muncul ketika beberapa obat digunakan bersamaan, dikonsumsi dalam dosis tinggi, atau dipakai dalam jangka panjang.
Beberapa obat dapat mempengaruhi kedua jenis memori, sementara yang lain hanya berdampak pada salah satunya.
1. Obat anti kecemasan (benzodiazepin)
Alasan diresepkan: Benzodiazepin digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan, agitasi, kejang, delirium, dan kejang otot serta terkadang diresepkan untuk insomnia dan kecemasan yang menyertai depresi.
Contoh: alprazolam (Xanax), klordiazepoksida, klonazepam (Klonopin), diazepam (Valium), flurazepam, lorazepam (Ativan), midazolam, quazepam (Doral), temazepam (Restoril), triazolam (Halcion).
Bagaimana mempengaruhi memori: Benzodiazepin meredam aktivitas bagian otak yang mentransfer memori jangka pendek ke jangka panjang sehingga sering dipakai dalam anestesi dan dianjurkan hanya digunakan sesekali pada lansia dalam periode singkat.
2. Obat anti kejang
Alasan diresepkan: Selain untuk kejang, obat ini digunakan untuk nyeri saraf, gangguan bipolar, gangguan suasana hati, dan mania.
Contoh: karbamazepin (Tegretol), gabapentin (Neurontin), lamotrigin (Lamictal), levetiracetam (Keppra), okskarbazepin (Trileptal), pregabalin (Lyrica), rufinamida (Banzel), topiramat (Topamax), asam valproat (Depakote), fenobarbital (Luminal), primidon (Mysoline), zonisamida (Zonegran), fenitoin (Dilantin).
Bagaimana mempengaruhi memori: Obat antikejang memperlambat sinyal sistem saraf pusat sehingga memicu efek samping seperti gangguan memori, penurunan perhatian, dan rasa kantuk menurut Aatif M. Husain, profesor neurologi Universitas Duke.
3. Antidepresan trisiklik
Alasan diresepkan: Meski jarang digunakan saat ini, obat ini masih diberikan untuk depresi, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, dan nyeri saraf.
Contoh: amitriptilin (Elavil), klomipramin (Anafranil), desipramin (Norpramin), doksepin (Silenor), imipramin (Tofranil), nortriptilin (Pamelor), protriptilin (Vivactil), trimipramin (Surmontil).
Bagaimana mempengaruhi memori: Obat ini memblokir serotonin dan norepinefrin yang dapat memicu berbagai efek samping termasuk hilangnya memori.
4. Obat penghilang rasa sakit narkotik (opioid)
Alasan diresepkan: Digunakan untuk meredakan nyeri sedang hingga berat akibat operasi, cedera, atau kondisi kronis tertentu.
Contoh: fentanil, hidrokodon (Vicodin), hidromorfon (Dilaudid, Exalgo), morfin, oksikodon (Oxycontin).
Bagaimana mempengaruhi memori: Opioid membendung sinyal nyeri dan respons emosional sehingga mengganggu pembawa pesan kimiawi yang berkaitan dengan kognisi serta dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia pada lansia terutama bila digunakan lama.
5. Alat bantu tidur (obat penenang-hipnotik nonbenzodiazepin)
Alasan diresepkan: Digunakan untuk mengatasi insomnia dan kecemasan ringan.
Contoh: eszopiclone (Lunesta), zaleplon (Sonata), zolpidem (Ambien).
Bagaimana mempengaruhi memori: Meski berbeda secara molekuler dari benzodiazepin, obat ini bekerja pada jalur otak serupa sehingga dapat menimbulkan amnesia dan perilaku berbahaya seperti memasak atau mengemudi tanpa ingatan.
6. Obat inkontinensia (antikolinergik)
Alasan diresepkan: Digunakan untuk mengatasi kandung kemih terlalu aktif dan inkontinensia mendesak.
Contoh: darifenacin (Enablex), oxybutynin (Ditropan XL), solifenacin (Vesicare), tolterodine (Detrol), trospium (Sanctura).
Bagaimana mempengaruhi memori: Antikolinergik memblokir asetilkolin yang berperan dalam fungsi memori sehingga meningkatkan risiko demensia bahkan setelah obat dihentikan serta dapat menimbulkan efek samping lain seperti konstipasi, pusing, kecemasan, dan halusinasi.
7. Antihistamin generasi pertama
Alasan diresepkan: Untuk meredakan gejala alergi, flu, mabuk perjalanan, mual, dan insomnia.
Contoh: brompheniramine (Dimetane), chlorpheniramine (Chlor-Trimeton), clemastine (Tavist), diphenhydramine (Benadryl), promethazine (Phenergan), hydroxyzine (Vistaril).
Bagaimana mempengaruhi memori: Obat ini menghambat asetilkolin di otak dan mempengaruhi pusat memori serta pembelajaran sehingga menurunkan fungsi kognitif.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]