Namun, Yayan pun memberi catatan
bahwa bila persoalan yang terjadi adalah mesin mati maka ada sederet pertanyaan
yang muncul lagi.
Misal, apakah seketika dua mesin
mati atau hanya salah satu?
Baca Juga:
Sriwijaya Air Beberkan Alasan 27 Ahli Waris Belum Dapat Ganti Rugi
Katakanlah kedua mesin mati,
Boeing 737 klasik pernah mencatatkan sejarah penyelamatan besar ketika pilot
Garuda berhasil mendaratkannya di tengah Sungai Bengawan Solo, Jawa Tengah.
Peristiwa tersebut memang
melibatkan seri Boeing yang berbeda, yaitu Boeing 737-300, tetapi masih
sama-sama dari seri klasik dengan karakteristik tak jauh berbeda.
"Di situ jelas terlihat,
kalau mesin mati pun masih ada peluang pilot mengambil opsigliding(melayang tanpa dorongan mesin)," sebut Yayan.
Baca Juga:
KNKT Beberkan Misteri Sriwijaya Air Jatuh di Kepulauan Seribu
Terlebih lagi, posisi terakhir
ketinggian Sriwijaya Air SJY 182 saat mulai mengurangi ketinggian ada di
kisaran 10.000feet.
Menurut dia, dari ketinggian itu
berputar balik ke Bandara Soekarno-Hatta dalam modeglidingpun masih memungkinkan.
Yayan menyebut, besar kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya
SJY 182 ini jauh berbeda pula dengan insiden Lion Air JT-610 pada pengujung 2018.