Dalam kejadian yang sampai
mengguncang industri penerbangan global itu, penyebab kecelakaan adalah
teknologi yang masih baru, asing, dan kurang sosialisasi penggunaan.
Dalam kasus Boeing 737 Max 8 --yang tidak hanya terjadi di Indonesia-- sematan teknologi barumaneuvering characteristic augmentation system(MCAS) jadi pangkal persoalan utama.
Baca Juga:
Sriwijaya Air Beberkan Alasan 27 Ahli Waris Belum Dapat Ganti Rugi
Fitur ini hadir karena Boeing
737 Max 8 punya kapasitas mesin yang melonjak dibanding seri klasik sehingga pengaturan
manuver pesawat menjadi lebih kompleks.
Gambarannya, tenaga pesawat yang
bertambah besar memberikan kemungkinan pula moncong mendongak laiknya saat
hendak lepas landas.
Boeing membuat MCAS sebagai
solusi otomatis untuk menurunkan arah moncong pesawat.
Baca Juga:
KNKT Beberkan Misteri Sriwijaya Air Jatuh di Kepulauan Seribu
Sekalipun, pilot sejatinya dapat
menangani secara manual kecenderungan moncong mendongak, meski itu lebih banyak
makan energi pilot.
Saat sosialisasi dan pelatihan
tak mencukupi, MCAS justru jadi bencana.
Moncong yang sebenarnya sudah di
posisi tepat justru terbaca mendongak oleh MCAS. Karenanya, MCAS merespons
dengan upaya otomatis mengarahkan moncong pesawat ke bawah.