Dugaan Pemaksaan Pengungsian, Dunia Internasional Terpecah
Rencana Israel untuk membangun titik distribusi bantuan di wilayah Rafah—yang disebut sebagai “zona steril dari Hamas”—memicu kekhawatiran bahwa bantuan digunakan sebagai alat pemaksaan perpindahan penduduk. Saat ini, lebih dari 90 persen populasi Gaza telah mengungsi sejak pecahnya perang pada Oktober 2023.
Baca Juga:
Genosida Terstruktur, Israel Hapus 2.200 Keluarga Palestina dari Catatan Sipil
“Skema ini tampaknya menjadikan bantuan sebagai umpan untuk memaksa warga meninggalkan rumah mereka,” kata James Elder dari UNICEF.
Pemerintah Inggris turut menyuarakan keprihatinan. Menteri Urusan Timur Tengah Hamish Falconer menegaskan bahwa skema bantuan harus tunduk pada hukum internasional dan tidak boleh dijadikan alat politik.
Sementara itu, ribuan ton bantuan kemanusiaan dari berbagai negara telah tertahan di perbatasan, menunggu izin Israel untuk masuk ke Gaza. Tanpa pencabutan blokade, risiko kelaparan massal diperkirakan akan terus meningkat.
Baca Juga:
Israel Siap-siap Hapus Gaza dari Peta: Tak Akan Ada Lagi Hamas dalam Enam Bulan!
“Gaza Kini Layaknya Neraka”
Di tengah kondisi yang digambarkan berbagai organisasi sebagai “neraka kemanusiaan”, seruan internasional untuk akses bantuan tanpa syarat semakin nyaring. Namun, hingga kini, belum ada tanda-tanda bahwa pendekatan militer dan blokade akan dilonggarkan.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.