Insiatif EBT lainnya yang dijalankan Pertamina juga mengarah pada pengembangan Dimethyl Ether (DME) dengan kapasitas 5200 KTPA.
Pabrik pengolahan batubara menjadi LPG tersebut rencananya akan beroperasi pada 2025.
Baca Juga:
Produk UMKM Binaan Pertamina Laris Manis Diburu Pemudik Selama Musim Lebaran 2024
Pengembangan di sektor EBT ini juga dilakukan Pertamina sepanjang tahun 2020 hingga 2026, yakni meningkatkan kapasitas terpasang pembangkit dari sumber energi lain yang ada di Indonesia meliputi Solar PV ~910 MW, Bayu ~225 MW (2024), dan Hydro ~400 MW.
Salah satu portofolio energi bersih Pertamina adalah geothermal atau panas bumi.
Upaya Pertamina saat ini yaitu peningkatan kapasitas geothermal, di mana pada tahun 2020 total kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE adalah 1.877 MW, yang terdiri dari 672 MW serta dioperasikan langsung oleh PGE dan 1.205 MW melalui Joint Operation Contract (JOC).
Baca Juga:
Konsumsi Pertamax Series Naik 9 Persen Hingga Puncak Arus Balik Lebaran 2024
Pada tahun 2030, total kapasitas terpasang ditargetkan bisa mencapai 2.745 MW.
Untuk mengoptimalkan wilayah kerja geothermal, Pertamina Geothermal Energy yang mengelola 15 wilayah kerja telah memulai inisiatif pemanfaatan green hydrogen yang akan menggunakan listrik dari lapangan geothermal Pertamina dengan total potensi 8.600 kilogram hidrogen per hari.
Dalam captive market Pertamina, gas bumi akan dioptimalkan untuk proyek gasifikasi di Kilang RU IV Cilacap, Kilang Balikpapan, dan pemenuhan gas bumi ke RU Balongan guna efisiensi energi.