Namun, gerakan
tersebut mampu dilumpuhkan Fretilin. Bahkan, tidak sedikit anggota UDT yang
ditangkap dan dibunuh oleh Fretilin.							
						
							
							
								
Tepat pada 27 Agustus 1975, Tim Umi yang dipimpin Mayor Infanteri Sofian Effendi dengan Wakil
Komandan Kapten Infanteri Sutiyoso kemudian diterbangkan ke Kupang untuk
selanjutnya ke Atambua, kota terdekat Indonesia ke Timor Portugis.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Motif Dana dan Otorisasi KCP, 2 Prajurit Kopassus Terjerat Kasus Penculikan Kacab BRI
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								
Setibanya di Atambua, upaya penyusupan, yang rencananya dilakukan melalui Kefamenanu untuk menguasai
Ambeno, dibatalkan.							
						
							
							
								
Tim ini diperintahkan melanjutkan
perjalanan ke Motaain, sebuah desa pantai di wilayah RI yang
hanya berjarak 3 Km sebelah barat Kota Batugede, wilayah Timor Portugis.							
						
							
							
								
Namun, karena
situasi yang tidak memungkinkan, akhirnya Tim Umi diperintahkan untuk
menyusup jauh ke daerah pedalaman pegunungan di selatan Viquque.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Profil Kolonel Kopassus Amril Hairuman yang Ditunjuk Memimpin Upacara HUT ke-80 RI
									
									
										
									
								
							
							
								
"Saya dan pasukan mungkin tidak dapat
kembali setelah melakukan penyerangan Viquque yang terletak jauh dari
basis. Tapi, sebagai seorang prajurit, kita selalu siap melaksanakan tugas itu
sebaik-baiknya, apapun risikonya," kenang Sutiyoso.							
						
							
							
								
Karena keterbatasan pasukan, Tim Umi
saat di Kotabot kemudian dibagi dua.							
						
							
							
								
Tim Umi di bawah Mayor Inf Sofian
Effendi menyusup ke Tilomar. Sedangkan Tim Umi dipimpin Sutiyoso
menyusup ke Suai.