Meski demikian, banyak orang mempertanyakan maksud sosok
lelaki di monumen itu yang memakai topi caping layaknya petani, tapi membawa
senjata. Menurut sebagian orang, semua itu tak menggambarkan petani Indonesia.
Ahli seni patung lulusan Fakultas Seni Rupa Institut
Teknologi Bandung, Asikin Hasan, mengatakan bahwa pembuatan patung atau karya
seni menggunakan penggambaran patung merupakan hal wajar di masa itu.
Baca Juga:
Pesan Socrates tentang Kekayaan dan Kemewahan
Pada masa kemerdekaan dan setelahnya, kata Asikin, rakyat
termasuk petani ikut berperan dalam melawan penjajah.
"Jadi [karya seni] itu adalah penghargaan kepada
mereka, dalam tanda kutip berjasa dalam merebut kemerdekaan. Ada partisipasi
mereka para petani. Gerilyawan-gerilyawan itu siapa yang menolong mereka kalau
bukan petani? Yang menanam padi, yang memberi beras, yang memberi makan, itu
mereka [petani]," kata Asikin.
Meski demikian, ideologi Sukarno yang kala itu beraliran
sosialis membuat beberapa pihak tetap beranggapan Patung Pahlawan itu merupakan
simbol PKI.
Baca Juga:
Hari lahir Pancasila sebagai Dasar Filosofi bagi Bangsa Indonesia
Ambil contoh ketika pada 2017, Forum Umat Islam Bersatu
(FUIB) menggagas Aksi 299 di Tugu Tani dan Gedung DPR, Jakarta. Penyelenggara
aksi ini sengaja memilih tugu tersebut sebagai sasaran aksi bertajuk Apel Akbar
Melawan Bangkitnya Komunisme di Indonesia.
"Karena Tugu Tani simbol komunisme yang masih ada di
Jakarta," ujar Koordinator FUIB, Rahmat Himran, saat itu.
Pematung sekaligus pengajar di Fakultas Seni Rupa Institut
Kesenian Jakarta, Dolorosa Sinaga, tak memungkiri bahwa patung ini memang
pemberian dari presiden Rusia.