WAHANANEWS.CO, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menyampaikan rasa duka dan keprihatinan mendalam atas peristiwa ledakan yang terjadi di Masjid SMA Negeri 72 Jakarta, kawasan Kelapa Gading.
Ia menegaskan bahwa keselamatan serta pemulihan fisik dan psikologis anak-anak menjadi perhatian utama pemerintah.
Baca Juga:
Kementerian UMKM & PPPA Luncurkan LAKSMI, Inisiatif Inklusif Perkuat Wirausaha Perempuan
“Kami menyampaikan keprihatian yang mendalam atas insiden tersebut dan korbannya adalah anak-anak di lingkungan sekolah yang harusnya mereka merasa aman. Ini adalah peristiwa yang mengejutkan kita semua. Keselamatan anak harus menjadi perhatian utama semua pihak. Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi ruang aman bagi tumbuh kembang anak,” ujar Menteri PPPA.
Menindaklanjuti kejadian tersebut, Kementerian PPPA segera berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (PPAPP).
Tim layanan cepat tanggap, Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA), serta jejaring psikolog dan tenaga pendamping telah diterjunkan ke lokasi untuk memberikan dukungan psikososial bagi para siswa yang mengalami trauma.
Baca Juga:
Menteri PPPA Tuntut Sistem Data Anak yang Responsif dan Terpadu
Selain itu, KemenPPPA juga memastikan agar kebutuhan medis korban, pendampingan keluarga, dan akses informasi terkait penanganan dapat dipenuhi dengan cepat dan tepat.
“Kami juga terus menjalin koordinasi dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, aparat keamanan, serta pihak sekolah untuk memastikan penanganan berjalan cepat, terarah, dan berorientasi pada kepentingan terbaik bagi anak. Pentingnya kerja lintas sektor agar setiap langkah yang diambil tidak hanya berfokus pada pemulihan fisik, tetapi juga kondisi mental dan emosional anak-anak yang terdampak,” kata Menteri PPPA.
Lebih lanjut, Menteri Arifah menyebutkan bahwa insiden ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa keamanan sekolah dan perlindungan anak tidak boleh diabaikan.
Ia menegaskan kembali komitmen KemenPPPA untuk memperkuat implementasi Sekolah Ramah Anak, memperluas sistem anti-perundungan, serta meningkatkan deteksi dini terhadap tekanan psikologis dan perilaku berisiko pada peserta didik.
“Kami menegaskan tidak ada toleransi terhadap segala bentuk ancaman yang membahayakan anak. Karena itu, pemerintah daerah, sekolah, dan masyarakat perlu memperkuat kewaspadaan dan memastikan sistem perlindungan anak berjalan tanpa celah,” ujar Menteri PPPA.
Selain pemulihan fisik, perhatian besar juga diberikan pada kesehatan mental anak-anak yang mengalami shock atau menjadi saksi peristiwa tersebut.
Mereka berisiko tinggi mengalami kecemasan dan ketakutan berkepanjangan.
KemenPPPA mendorong agar sekolah, guru, dan keluarga menciptakan ruang komunikasi yang hangat, terbuka, dan responsif agar anak-anak merasa aman dan didengar.
“Dalam proses pemulihan, peran perempuan menjadi sangat penting. Perempuan sebagai ibu, guru, maupun psikolog memegang peranan sentral dalam mendampingi anak melewati masa trauma. Ketika perempuan berdaya dalam menjaga kondisi emosional anak, ketahanan keluarga dan lingkungan sekolah pun akan semakin kuat. Sekolah yang aman dan anak yang terlindungi adalah fondasi Indonesia Kuat,” pungkas Menteri PPPA.
Sebagai langkah pencegahan dan tanggap cepat terhadap kekerasan maupun ancaman yang menyasar anak dan perempuan, Menteri Arifah kembali mengimbau masyarakat untuk melapor melalui Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA 129) di nomor 129 atau WhatsApp 08111 129 129 jika menemukan kasus kekerasan baik di dunia nyata maupun digital.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]