“Dikeluarkanlah itu subsidi supaya mereka bisa hidup terus dan agak sejahtera ke depan. Kunci utamanya adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Jadi, kita mencoba meningkatkan kesejahteraan semuanya sehingga mereka semua kuat. Pada suatu titik, enggak harus subsidi lagi,” jelasnya.
Ia menambahkan, meski target 8 persen sulit dicapai, arah kebijakan harus tetap menuju perbaikan, bukan kemunduran.
Baca Juga:
Penghapusan BBM Subsidi Dimulai 2027, Luhut: Negara Bisa Hemat Rp 90 Triliun
“Walaupun susah mungkin ke 8 persen, tapi selama kita bergerak ke arah sana, bukan ke arah bawah seperti sebelumnya, harusnya cita-cita kita lama-lama akan tercapai juga,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Purbaya juga melaporkan bahwa pagu subsidi dan kompensasi tahun 2025 ditetapkan sebesar Rp498,8 triliun.
Sementara realisasi hingga Agustus 2025 telah mencapai Rp218 triliun atau setara 43,7 persen.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Terus Dorong Masyarakat Daftar QR Pertalite
Ia menekankan bahwa tidak semua masyarakat Indonesia dapat menikmati pertumbuhan ekonomi secara merata.
Oleh sebab itu, keberadaan subsidi tetap diperlukan sebagai instrumen untuk melindungi kelompok masyarakat rentan.
“Jadi, subsidi adalah salah satu alat untuk memastikan mereka juga bisa menikmati kue ekonomi kita yang sedang berkembang,” tandasnya.