"Kelompok-kelompok radikal ekstremis itu hampir ada di
segmen kehidupan, baik berbasis agama mau pun berbasis etnik. Pertama-tama yang
harus disadari adalah keragaman, pluralisme, kemajemukan ini adalah kehendak
Tuhan, sunatullah, sudah given dari sononya, melawan keragaman berarti melawan
sunatullah, itu pertama-tama yang harus diterima," sebut Robikin.
Pemaknaan jihad ini menurut Robikin dalam tataran sosial.
Sementara jihad secara pribadi yang utama yakni melawan hawa nafsu.
Baca Juga:
Menyelisik Pola Pikir Pemimpin Taliban Usai 2 Tahun Kuasai Afghanistan
"Yang kedua, keragaman itu harus dirangkai menjadi
suatu kekuatan dengan cara bekerja sama untuk membangun itu tadi, kemajuan
teknologi dan ekonomi bersama. Yang ketiga poin saya, setiap agama selalu
memiliki 3 dimensi sekaligus, dimensi teologis, dimensi ritual, dan yang ketiga
dimensi tasawuf atau akhlak atau budaya. Tiga dimensi itu harus ada satu
tarikan ketika manusia berpikir, bertindak, bersikap, bertutur kata,"
imbuhnya.
Sebuah foto surat wasiat yang disebut milik Lukman (26),
pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, sebelumnya beredar di
media sosial (medsos). Surat wasiat yang beredar itu dibenarkan polisi sebagai
milik pelaku.
"Iya (surat wasiat beredar di media sosial benar milik
Lukman)," singkat Kabid Humas Polda Sulsel Kombes E Zulpan saat dimintai
konfirmasi, Selasa (30/3).
Baca Juga:
Israel Tangkap Pemimpin Senior Jihad Islam di Kamp Pengungsi Jenin
Menurut Zulpan, surat wasiat tersebut diamankan polisi saat
penggerebekan di rumah kontrakan Lukman dan rumah ibu Lukman di Jalan Tinumbu
Lorong 132, Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Makassar, Senin (29/3).
"(Surat wasiat tersebut diamankan) sama Densus,"
kata Zulpan. [dhn]