Sebab,
ada aturan teknis yang mesti dipatuhi BUMN pangan itu dalam membeli gabah
petani.
Berdasarkan
Permendag Nomor 24 Tahun 2020, gabah yang bisa dibeli Bulog harus memiliki
kadar air maksimal 25 persen dengan patokan harga Rp 4.200 per kilogram.
Baca Juga:
Ombudsman RI: Pemerintah Diminta Kaji Ulang Kebijakan Impor Beras
Maka, hanya
gabah yang memenuhi syaratlah yang bisa diserap oleh Bulog.
Sementara, dengan
curah hujan yang tinggi saat ini, kualitas gabah petani rata-rata memiliki kadar air berlebih.
Di sisi
lain, lanjut Lutfi, Bulog setidaknya harus mengeluarkan beras sebanyak 80.000
ton per bulan atau 1 juta ton per tahun.
Baca Juga:
Pemerintah Bakal Impor 3 Juta Ton Beras di 2024
Sehingga, stok
cadangan beras perlu dijaga di kisaran 1 juta - 1,5 juta ton.
"Bulog
utamanya hanya mengandalkan operasi pasar untuk penyaluran beras, itu sekitar 1
juta ton per tahun makannya iron stock Bulog tidak boleh kurang 1 juta ton. Itu
logikanya," ujarnya, dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3/2021).
Kendati
demikian, ia menekankan, bila Bulog mampu menyerap beras petani dalam negeri
mencapai stok 1 juta - 1,5 juta ton, maka rencana impor tak perlu direalisasikan.